Abstract
Indonesia adalah salah satu negara yang sangat produktif dalam penayangan sinetron. Sinetron-sineron Indonesiamerepresentasikan kehidupan masyarakat dari berbagai lapisan. Sesudah reformasi, masyarakat Indonesiamengalami perubahan dalam hal kebudayaan. Dalam tulisan ini, dibahas masalah bagaimana identitas wanitapascareformasi direpresentasikan di dalam sinetron. Dengan memanfaatkan konsep representasi identitas yangdigagas oleh Stuart Hall, penulis mengkaji dua sinetron dekade 2000-an, Wah Cantiknya dan Aisyah dengan mengamati bentuk narasi dan materi sinematografisnya sebagai bahasa yang menyimpan kode budaya. Dari kajian tematis didapati bahwa tokoh-tokoh wanita digambarkan sebagai tokoh yang kehilangan keteraturan dan cenderung manipulatif. Dari kajian sinematografis wanita digambarkan licik di dalam ranah domestik dan cenderung pasrah dan religius jika ditempatkan pada situasi di mana ia menjadi miskin. Kecenderungan yang didapat dari kajiantematis dan sinematografis menyimpulkan bahwa wanita pascareformasi digambarkan sebagai pemuja material dan oportunis.
Original language | English |
---|---|
Publication status | Published - 2017 |
Event | 1st The International Conference on Social Science and Humanities (ICSSH) - ID, Jakarta, Indonesia Duration: 1 Jan 2017 → … |
Conference
Conference | 1st The International Conference on Social Science and Humanities (ICSSH) |
---|---|
Country/Territory | Indonesia |
City | Jakarta |
Period | 1/01/17 → … |
Keywords
- Sinetron, Budaya dan televisi, Masyarakat Pascareformasi.