TY - JOUR
T1 - Uji Validasi Sistem Skor MSOFA dan Kadar Magnesium Total sebagai Prediktor Mortalitas pada Pasien Penyakit Kritis
AU - R., Cleopas Martin
AU - Aditianingsih, Dita
AU - Wijaksono, Ceva
PY - 2015
Y1 - 2015
N2 - Latar Belakang: Jumlah pasien penyakit kritis dengan mortalitas yang tinggi semakin meningkat. Kondisi itu menandakan perlunya model prediksi mortalitas yang memiliki performa baik. Skor MSOFA adalah salah satu sistem skor yang dapat memprediksi mortalitas pasien dalam 28 hari. Walaupun validasi skor MSOFA menunjukkan hasil yang baik di berbagai negara, masih perlu untuk dilakukan uji validasi di Indonesia. Kadarmagnesium darah merupakan salah satu parameter yang dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai variabel tambahan pada skor MSOFA guna meningkatkan ketepatan prediksi mortalitas. Tujuan: Mengevaluasi performa skor MSOFA dan mengetahui nilai tambah kadar magnesium serum sebagai prediktor kematian pada pasien penyakit kritis. Metode: Studi kohort prospektif dilakukan pada pasien penyakit kritis medis yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo (UPI RSUPNCM) pada periode AprilJuli 2013. Hasil pemeriksaan fisik, Glasgow Coma Scale, saturasi oksigen perifer, kadar serum kreatinin dan magnesium dinilai saat pasien masuk. Keluaran dinilai saat pasien mencapai hari ke-28 setelah hari perawatan pertama. Performa kalibrasi dinilai dengan plot kalibrasi dan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi diukur dengan area under the curve (AUC). Kemampuan prediksi skor MSOFA bersama nilai tambah magnesium ditentukan dengan ROC dari nilai predicted probability terhadap mortalitas. Hasil: Sebanyak 150 pasien diikutsertakan dalam penelitian dengan angka mortalitas 33,3%. Plot kalibrasi MSOFA menunjukkan koefisien korelasi r = 0,7 dan uji Hosmer-Lemeshow menghasilkan p = 0,08. Performa diskriminasi mendapatkan nilai AUC 0,83 (IK 95% 0,76-0,90). Nilai cut-off magnesium 1,85 mEq/L ditemukan memberikan nilai sensitivitas dan spesifisitas optimal, yaitu masing-masing 38% dan 48%. Akan tetapi, tidak ditemukan peningkatan nilai AUC setelah penambahan variabel magnesium Kesimpulan: MSOFA menunjukkan performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik di orang Indonesia. Kadar magnesium darah ditemukan tidak memiliki nilai tambah terhadap MSOFA dalam memprediksi mortalitas pasien penyakit kritis.
AB - Latar Belakang: Jumlah pasien penyakit kritis dengan mortalitas yang tinggi semakin meningkat. Kondisi itu menandakan perlunya model prediksi mortalitas yang memiliki performa baik. Skor MSOFA adalah salah satu sistem skor yang dapat memprediksi mortalitas pasien dalam 28 hari. Walaupun validasi skor MSOFA menunjukkan hasil yang baik di berbagai negara, masih perlu untuk dilakukan uji validasi di Indonesia. Kadarmagnesium darah merupakan salah satu parameter yang dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai variabel tambahan pada skor MSOFA guna meningkatkan ketepatan prediksi mortalitas. Tujuan: Mengevaluasi performa skor MSOFA dan mengetahui nilai tambah kadar magnesium serum sebagai prediktor kematian pada pasien penyakit kritis. Metode: Studi kohort prospektif dilakukan pada pasien penyakit kritis medis yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo (UPI RSUPNCM) pada periode AprilJuli 2013. Hasil pemeriksaan fisik, Glasgow Coma Scale, saturasi oksigen perifer, kadar serum kreatinin dan magnesium dinilai saat pasien masuk. Keluaran dinilai saat pasien mencapai hari ke-28 setelah hari perawatan pertama. Performa kalibrasi dinilai dengan plot kalibrasi dan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi diukur dengan area under the curve (AUC). Kemampuan prediksi skor MSOFA bersama nilai tambah magnesium ditentukan dengan ROC dari nilai predicted probability terhadap mortalitas. Hasil: Sebanyak 150 pasien diikutsertakan dalam penelitian dengan angka mortalitas 33,3%. Plot kalibrasi MSOFA menunjukkan koefisien korelasi r = 0,7 dan uji Hosmer-Lemeshow menghasilkan p = 0,08. Performa diskriminasi mendapatkan nilai AUC 0,83 (IK 95% 0,76-0,90). Nilai cut-off magnesium 1,85 mEq/L ditemukan memberikan nilai sensitivitas dan spesifisitas optimal, yaitu masing-masing 38% dan 48%. Akan tetapi, tidak ditemukan peningkatan nilai AUC setelah penambahan variabel magnesium Kesimpulan: MSOFA menunjukkan performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik di orang Indonesia. Kadar magnesium darah ditemukan tidak memiliki nilai tambah terhadap MSOFA dalam memprediksi mortalitas pasien penyakit kritis.
KW - Validasi
KW - sistem skor MSOFA
KW - kadar magnesium
KW - prediktor mortalitas
KW - pasien penyakit kritis
UR - http://www.indonesiajournalchest.com/index.php/IJC/issue/view/55
M3 - Article
SN - 2614-2759
VL - 2
JO - Indonesian Journal of CHEST : Critical and Emergency Medicine
JF - Indonesian Journal of CHEST : Critical and Emergency Medicine
IS - 3
ER -