Abstract
Latar belakang: Terdapat 2.997.097 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dilaporkan hingga 1 Juli 2023, sebanyak 0,13% masuk dalam kategori berat. Pada akhir tahun 2022 jumlah kasus DBD di Indonesia mencapai 143.000 kasus, dengan angka kejadian DBD terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap kejadian DBD di Kabupaten Bogor tahun 2013-2022.
Metode: Menggunakan studi ekologi time series dan jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Data iklim diperoleh dari website Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan data kasus DBD diperoleh dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada November-Desember 2023. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Korelasi Spearman.
Hasil: Kejadian DBD tidak berhubungan dengan variabel suhu yaitu koefisien korelasi (r) -0,097 dan p value 0,297 pada lag 1 bulan. Kejadian DBD berhubungan dengan variabel kelembapan yaitu (r) 0,451 dan p value 0,0001 serta variabel curah hujan yaitu (r) 0,352 dan p value 0,0001 pada lag 1 bulan.
Simpulan: Variabel suhu tidak berhubungan sementara kelembapan dan curah hujan berhubungan dengan kejadian DBD, terdapat suhu ekstrem yang menyebabkan produksi telur menurun sehingga potensi penularan DBD rendah serta semakin tinggi kelembapan dan curah hujan menyebabkan produksi nyamuk meningkat sehingga potensi penularan DBD tinggi. Oleh karena itu diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat agar kasus DBD dapat mengalami penurunan, di antaranya edukasi masyarakat terus menerus dan pemerintah menyusun kebijakan terkait pengendalian dan pencegahan DBD.
Metode: Menggunakan studi ekologi time series dan jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Data iklim diperoleh dari website Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan data kasus DBD diperoleh dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada November-Desember 2023. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Korelasi Spearman.
Hasil: Kejadian DBD tidak berhubungan dengan variabel suhu yaitu koefisien korelasi (r) -0,097 dan p value 0,297 pada lag 1 bulan. Kejadian DBD berhubungan dengan variabel kelembapan yaitu (r) 0,451 dan p value 0,0001 serta variabel curah hujan yaitu (r) 0,352 dan p value 0,0001 pada lag 1 bulan.
Simpulan: Variabel suhu tidak berhubungan sementara kelembapan dan curah hujan berhubungan dengan kejadian DBD, terdapat suhu ekstrem yang menyebabkan produksi telur menurun sehingga potensi penularan DBD rendah serta semakin tinggi kelembapan dan curah hujan menyebabkan produksi nyamuk meningkat sehingga potensi penularan DBD tinggi. Oleh karena itu diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat agar kasus DBD dapat mengalami penurunan, di antaranya edukasi masyarakat terus menerus dan pemerintah menyusun kebijakan terkait pengendalian dan pencegahan DBD.
Original language | Indonesian |
---|---|
Pages (from-to) | 207-214 |
Journal | Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia |
Volume | 23 |
Issue number | 2 |
DOIs | |
Publication status | Published - 1 Jun 2024 |
Keywords
- Iklim
- DBD
- Studi Ekologi