Abstract
Sarkoidosis merupakan kelainan inflamasi multisistem yang ditandai dengan terbentuknya granuloma dan terjadi pada berbagai organ, terutama paru dan kulit. Granuloma berisi sel imun berupa makrofag yang juga berperan dalam metabolisme vitamin D. Makrofag pada granuloma sarkoidosis terbukti mampu memproduksi 1,25-dihidroksi vitamin D (kalsitriol) di luar ginjal yang berasal dari prekusor 25-hidroksi vitamin D (calcifediol). Selain itu, metabolisme 1,25-dihidroksi vitamin D di makrofag tidak memiliki mekanisme umpan balik yang efektif dalam menjaga keseimbangan kadar vitamin D di tubuh. Penurunan ini dapat mengganggu keseimbangan kadar kalsium pada pasien sarkoidosis. Pemberian suplementasi vitamin D dianggap sebagai terapi adjuvan dalam tata laksana sarkoidosis, namun diketahui dapat menyebabkan hiperkalsemia. Perubahan kadar vitamin D pada sarkoidosis tidak selalu menjadi indikasi pemberian suplementasi vitamin D, diperlukan pemeriksaan laboratorium yang tepat sebelum memberikan suplementasi vitamin D guna mengurangi risiko terjadinya hiperkalsemia pada sarkoidosis. Pemberian suplementasi vitamin D dalam dosis rendah diperbolekan bagi pasien sarkoidosis yang tidak disertai kondisi hiperkalsemia, namun perlu dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D dan kalsium secara rutin.
Translated title of the contribution | THE ROLE OF VITAMIN D SUPPLEMENTATION IN MANAGEMENT OF CUTANEOUS SARCOIDOSIS |
---|---|
Original language | Indonesian |
Pages (from-to) | 25-31 |
Journal | Media Dermato-Venereologica Indonesiana |
Volume | 50 |
Issue number | 1 |
DOIs | |
Publication status | Published - 3 Jul 2023 |
Keywords
- granuloma
- hiperkalsemia
- sarkoidosis
- vitamin D