Abstract
Stridor pasca-ekstubasi merupakan tanda obstruksi jalan napas atas akibat inflamasi yang terjadi pada
tindakan intubasi. Inflamasi ini menimbulkan risiko untuk perlunya reintubasi dalam 24-48 jam pasca-
ekstubasi, sehingga memperpanjang lama rawat pasien di unit perawatan intensif, meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyulit akibat penggunaan ventilator mekanis, dan meningkatkan mortalitas. Pada
contoh kasus ini, pasien mengalami intubasi berulang sebanyak tiga kali dengan lama tiap-tiap penggunaan
intubasi adalah 5 hari, dan ada riwayat kesulitan intubasi pada tindakan intubasi pertama. Pasca-ekstubasi
yang pertama, pasien mengalami sesak dan stridor sehingga reintubasi diperlukan. Riwayat kortikosteroid
profilaksis sebelum ekstubasi tidak diketahui. Dengan mempertimbangkan adanya riwayat intubasi sulit
serta durasi intubasi >48 jam, pasien ini berisiko mengalami kegagalan ekstubasi, sehingga pemberian
kortikosteroid profilaksis sebelum ekstubasi diharapkan akan bermanfaat. Pada pasien anak, belum ada bukti berbasis medik yang memadai untuk menyimpulkan bahwa pemberian kortikosteroid profilaksis sebelum ekstubasi elektif akan mencegah stridor pasca-ekstubasi. Telaah dari studi yang heterogen dengan metodologi yang kurang memadai seperti dalam ulasan ini cenderung hanya melaporkan efek terapi, tetapi belum dapat digunakan sebagai suatu pedoman. Beberapa studi menunjukkan peran kortikosteroid menghasilkan
keluaran yang baik. Deksametason IV yang diberikan beberapa jam sebelum dan sesudah ekstubasi pada anak, termasuk pada pasien dengan riwayat kegagalan intubasi, akan mengurangi risiko terjadinya stridor pasca-ekstubasi.
tindakan intubasi. Inflamasi ini menimbulkan risiko untuk perlunya reintubasi dalam 24-48 jam pasca-
ekstubasi, sehingga memperpanjang lama rawat pasien di unit perawatan intensif, meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyulit akibat penggunaan ventilator mekanis, dan meningkatkan mortalitas. Pada
contoh kasus ini, pasien mengalami intubasi berulang sebanyak tiga kali dengan lama tiap-tiap penggunaan
intubasi adalah 5 hari, dan ada riwayat kesulitan intubasi pada tindakan intubasi pertama. Pasca-ekstubasi
yang pertama, pasien mengalami sesak dan stridor sehingga reintubasi diperlukan. Riwayat kortikosteroid
profilaksis sebelum ekstubasi tidak diketahui. Dengan mempertimbangkan adanya riwayat intubasi sulit
serta durasi intubasi >48 jam, pasien ini berisiko mengalami kegagalan ekstubasi, sehingga pemberian
kortikosteroid profilaksis sebelum ekstubasi diharapkan akan bermanfaat. Pada pasien anak, belum ada bukti berbasis medik yang memadai untuk menyimpulkan bahwa pemberian kortikosteroid profilaksis sebelum ekstubasi elektif akan mencegah stridor pasca-ekstubasi. Telaah dari studi yang heterogen dengan metodologi yang kurang memadai seperti dalam ulasan ini cenderung hanya melaporkan efek terapi, tetapi belum dapat digunakan sebagai suatu pedoman. Beberapa studi menunjukkan peran kortikosteroid menghasilkan
keluaran yang baik. Deksametason IV yang diberikan beberapa jam sebelum dan sesudah ekstubasi pada anak, termasuk pada pasien dengan riwayat kegagalan intubasi, akan mengurangi risiko terjadinya stridor pasca-ekstubasi.
Original language | Indonesian |
---|---|
Pages (from-to) | 14, 20 |
Journal | Sari Pediatri |
Volume | 13 |
Issue number | 1 |
DOIs | |
Publication status | Published - 2011 |
Keywords
- stridor, ekstubasi, kortikosteroid