Pengaruh Indeks Massa Tubuh terhadap Respon Klopidogrel pada Pasien Sindrom Koroner Akut dengan Intervensi Koroner Perkutan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Research output: Contribution to journalArticlepeer-review

Abstract

Tindakan Intervensi Koroner Perkutan (IKP) memiliki risiko trombosis yang menyebabkan gangguan kardiovaskular. Gangguan kardiovaskular dievaluasi dengan menggunakan Major Adverse Cardiac Event (MACE). Terapi pencegahan trombosis menggunakan dual antiplatelet, yakni asetosal dan klopidogrel. Klopidogrel merupakan obat dengan variabilitas farmakokinetik dan farmakodinamik yang tinggi pada setiap individu, salah satunya dipengaruhi oleh Indeks Massa Tubuh (IMT). Subjek dengan nilai IMT ≥25 kg/m2 emiliki nilai agregasi platelet lebih besar dibanding subjek dengan IMT <25 kg/m2. Penggunaan klopidogrel di Indonesia tidak mempertimbangkan IMT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon klopidogrel terhadap IMT pada pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan tindakan IKP. Penelitian dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan menggunakan data rekam medis tahun 2018. Subjek dikelompokkan berdasarkan IMT, yakni IMT <25 kg/m2 dan IMT ≥25 kg/m2. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan bermakna antara IMT dan MACE (p=0,006). Analisis multivariat menunjukkan IMT merupakan satu-satunya variabel yang berhubungan dengan MACE (p=0,002). Tidak ada variabel perancu yang bermakna terhadap MACE pada analisis bivariat dan multivariat. Semakin tinggi IMT, kemungkinan terjadinya MACE semakin besar. Relative risk (RR) yang diperoleh adalah 2,946. Simpulan penelitian ini adalah pasien dengan nilai IMT ≥25 kg/m2 memiliki respon lebih rendah terhadap klopidogrel. Kata kunci: IKP stent, indeks massa tubuh, klopidogrel
Original languageEnglish
JournalIndonesian Journal of Clinical Pharmacy
Publication statusPublished - 2019

Fingerprint

Dive into the research topics of 'Pengaruh Indeks Massa Tubuh terhadap Respon Klopidogrel pada Pasien Sindrom Koroner Akut dengan Intervensi Koroner Perkutan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta'. Together they form a unique fingerprint.

Cite this