TY - JOUR
T1 - Penanganan Nyeri pada Keganasan
AU - Farastuti, Damayani
AU - Windiastuti, Endang
PY - 2005
Y1 - 2005
N2 - Kasus seorang anak dengan retinoblastoma residif mata kiri stadium IV yang tidakresponsif dengan sitostatika. Dalam perjalanan penyakitnya, masa tumor makinmembesar dan menimbulkan keluhan nyeri. Nyeri pada pasien ini dapat disebabkanoleh aktivitas nosiseptor akibat regangan dan destruksi tulang, dan nyeri neuropatikakibat penekanan pada saraf di sekitar tumor. Penanganan nyeri dimulai denganpemberian preparat AINS (anti inflamasi non steroid) yaitu natrium diklofenak danparasetamol namun tidak dapat mengatasi keluhan pasien. Pasien kemudian diberikantramadol supositoria dan natrium diklofenak gel.Masa tumor yang terus membesar membuat frekuensi dan intensitas nyeri yangdirasakan bertambah hebat, dan tidak dapat lagi diatasi dengan terapi AINS. Pasienmengalami gangguan tidur, nafsu makan, dan juga menjadi sangat rewel. Berdasarkanrekomendasi WHO, maka terapi yang harus diberikan selanjutnya adalah golonganopioid kuat. Pasien diberi morfin oral 2 mg, 3 kali sehari, tramadol supositoria, dannatrium diklofenak gel. Keluhan nyeri teratasi dengan obat-obat tersebut. Tiga minggukemudian, pasien kembali mengalami nyeri hebat. Hal ini disebabkan karena ibutidak memberikan obat sesuai dengan jadwal yang dianjurkan, dengan alasan takutterjadi ketergantungan pada morfin. Dalam hal ini, peran dokter untuk memberikaninformasi sejelas-jelasnya sangat penting, mencakup alasan pemberian morfin, dosis,efek samping, dan kemungkinan toleransi.
AB - Kasus seorang anak dengan retinoblastoma residif mata kiri stadium IV yang tidakresponsif dengan sitostatika. Dalam perjalanan penyakitnya, masa tumor makinmembesar dan menimbulkan keluhan nyeri. Nyeri pada pasien ini dapat disebabkanoleh aktivitas nosiseptor akibat regangan dan destruksi tulang, dan nyeri neuropatikakibat penekanan pada saraf di sekitar tumor. Penanganan nyeri dimulai denganpemberian preparat AINS (anti inflamasi non steroid) yaitu natrium diklofenak danparasetamol namun tidak dapat mengatasi keluhan pasien. Pasien kemudian diberikantramadol supositoria dan natrium diklofenak gel.Masa tumor yang terus membesar membuat frekuensi dan intensitas nyeri yangdirasakan bertambah hebat, dan tidak dapat lagi diatasi dengan terapi AINS. Pasienmengalami gangguan tidur, nafsu makan, dan juga menjadi sangat rewel. Berdasarkanrekomendasi WHO, maka terapi yang harus diberikan selanjutnya adalah golonganopioid kuat. Pasien diberi morfin oral 2 mg, 3 kali sehari, tramadol supositoria, dannatrium diklofenak gel. Keluhan nyeri teratasi dengan obat-obat tersebut. Tiga minggukemudian, pasien kembali mengalami nyeri hebat. Hal ini disebabkan karena ibutidak memberikan obat sesuai dengan jadwal yang dianjurkan, dengan alasan takutterjadi ketergantungan pada morfin. Dalam hal ini, peran dokter untuk memberikaninformasi sejelas-jelasnya sangat penting, mencakup alasan pemberian morfin, dosis,efek samping, dan kemungkinan toleransi.
UR - https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/849
U2 - 10.14238/sp7.3.2005.153-9
DO - 10.14238/sp7.3.2005.153-9
M3 - Article
SN - 0854-7823
VL - 7
JO - Sari Pediatri
JF - Sari Pediatri
IS - 3
ER -