TY - JOUR
T1 - Penanganan mikrotia bilateral: laporan kasus berbasis bukti
AU - Widodo, Dini widiarni
AU - Priyono, Harim
AU - Suryati, Irma
PY - 2014
Y1 - 2014
N2 - Latar Belakang: Mikrotia didefinisikan sebagai daun telinga berukuran kecil dengan insiden sekitar 1 dari 7000-8000 ribu kelahiran, dengan insiden pada satu telinga sekitar empat kali lipat lebih banyak dibanding dua telinga. Rekonstruksi mikrotia merupakan salah satu prosedur cukup sulit pada bidang plastik rekonstruksi. Saat ini, penggunaan tandur tulang rawan iga autologus masih menjadi baku emas untuk rekonstruksi mikrotia. Tujuan: mengingatkan kembali para ahli THT tentang pertimbangan pemilihan rekonstruksi bersamaan pada kasus mikrotia bilateral dengan pencarian literatur berbasis bukti. Kasus: dilaporkan satu kasus mikrotia bilateral derajat 3, dengan hantaran tulang telinga kanan 60 dB, dan hantaran tulang telinga kiri 72,5 dB. Dengan pertimbangan memilih rekonstruksi bersamaan atau bertahap pada kedua telinga dan mengetahui prediksi perbaikan fungsi pendengarannya. Penatalaksanaan: aurikuloplasti tahap 1 dilakukan bersamaan pada kedua telinga. Skor Jahrsdoefer kedua telinga masing-masing 3 dan karena keterbatasan ekonomi dianjurkan menggunakan alat bantu dengar bukan BAHA untuk mengatasi hambatan komunikasi. Kesimpulan: penatalaksanaan mikrotia bilateral di bidang THT tidak hanya mencakup aspek rekonstruksi bentuk namun menekankan fungsi telinga sebagai alat berkomunikasi yang optimal.
AB - Latar Belakang: Mikrotia didefinisikan sebagai daun telinga berukuran kecil dengan insiden sekitar 1 dari 7000-8000 ribu kelahiran, dengan insiden pada satu telinga sekitar empat kali lipat lebih banyak dibanding dua telinga. Rekonstruksi mikrotia merupakan salah satu prosedur cukup sulit pada bidang plastik rekonstruksi. Saat ini, penggunaan tandur tulang rawan iga autologus masih menjadi baku emas untuk rekonstruksi mikrotia. Tujuan: mengingatkan kembali para ahli THT tentang pertimbangan pemilihan rekonstruksi bersamaan pada kasus mikrotia bilateral dengan pencarian literatur berbasis bukti. Kasus: dilaporkan satu kasus mikrotia bilateral derajat 3, dengan hantaran tulang telinga kanan 60 dB, dan hantaran tulang telinga kiri 72,5 dB. Dengan pertimbangan memilih rekonstruksi bersamaan atau bertahap pada kedua telinga dan mengetahui prediksi perbaikan fungsi pendengarannya. Penatalaksanaan: aurikuloplasti tahap 1 dilakukan bersamaan pada kedua telinga. Skor Jahrsdoefer kedua telinga masing-masing 3 dan karena keterbatasan ekonomi dianjurkan menggunakan alat bantu dengar bukan BAHA untuk mengatasi hambatan komunikasi. Kesimpulan: penatalaksanaan mikrotia bilateral di bidang THT tidak hanya mencakup aspek rekonstruksi bentuk namun menekankan fungsi telinga sebagai alat berkomunikasi yang optimal.
KW - mikrotia bilateral
KW - ambang pendengaran
KW - aurikuloplasti
UR - http://orli.or.id/index.php/orli/article/view/84
U2 - 10.32637/orli.v44i1.84
DO - 10.32637/orli.v44i1.84
M3 - Article
SN - 2598-3970
VL - 44
SP - 63
EP - 68
JO - Oto Rhino Laryngologica Indonesiana
JF - Oto Rhino Laryngologica Indonesiana
IS - 1
ER -