Abstract
Artikel ini mengulas peran organisasi masyarakat sipil (OMS) dalam pemberdayaan kolektif, guna mendorong perempuan untuk mentransformasikan peran gendernya, khususnya di bidang politik. Berbagai studi tentang pemberdayaan politik perempuan sudah banyak dilakukan, namun sebagian besar masih berfokus pada isu partisipasi dan tidak banyak yang mengulas aksi kolektif perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan politik dalam kajian ini dilihat secara lebih komprehensif dengan merujuk pada konsepsi Sundström et al. (2017), yakni dari dimensi choice, agensi, dan partisipasi. Tulisan ini lebih bertumpu pada kajian literatur yang ditopang hasil studi kasus pada Yayasan PEKKA yang dikenal sebagai OMS yang memfokuskan aktivismenya pada perempuan,khususnya di perdesaan. Temuan studi menunjukkan bahwa proses pemberdayaan prinsipnya diawali dengan penguatan kapasitas individual, namun daya kritis perempuan dan kemampuannya mengartikulasikan kepentingan perempuan dan kelompok marginal lainnya masih dipertanyakan (dimensi choice). Hal ini menjadi modalitas penguatan kapasitas kelompok dan kelembagaannya (dimensi agency) sehingga mampu mendorong peran aktif perempuan di berbagai forum pemangku kepentingan baik di tingkat desa maupun tingkat kabupaten (dimensi partisipasi). Model pemberdayaan yang integratif dan berkesinambungan diperlukan guna menguatkan posisi politik perempuan, termasuk mendorong kepemimpinan perempuan yang berbasis power within yakni kepemimpinan yang mengedepankan aksi kolektif atau yang dikenal dengan kekuasaan sosial (social power).
Translated title of the contribution | Political Empowerment of Village Women and the Role of Civil Society Organizations |
---|---|
Original language | Indonesian |
Pages (from-to) | 101-115 |
Journal | Jurnal Perempuan |
Volume | 28 |
Issue number | 2 |
DOIs | |
Publication status | Published - Aug 2023 |
Keywords
- pemberdayaan politik kolektif
- pemberdayaan perempuan
- organisasi masyarakat sipil
- pilihan
- agensi
- partisipasi
- power within
- posisi tawar