Pelestarian Sembahyang Ceng Beng di Indonesia

Research output: Contribution to journalArticlepeer-review

Abstract

Sembahyang Cengbeng merupakan tradisi sembahyang kekuburan leluhur yang dilakukan sejak dinasti Jin (265-420 M.). Pada hari sembahyang Cengbeng yang sudah menjadi tradisi ini keluarga keturunan Tionghoa pergi ke kuburan orang tua atau leluhur mereka untuk membersihkan dan bersembahyang disana. Khusus di Singkawang, sembahyang Cengbeng dilakukan dua kali dalam setahun, yakni bulan dua dan bulan tujuh penanggalan lunar (阴历). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan pelestarian sembahyang Cengbeng yang sudah berusia ribuan tahun ini, pemikiran apa yang melatarinya. Metode yang digunakan adalah wawancara terhadap orang yang melakukan sembahyang Cengbeng. Data diperoleh dari jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan saat wawancara. Data itu dianalisis dengan menggunakan ajaran Confucius孝dan untuk mendapat gagasan mengenai pelestarian sembahyang Cengbeng ini. Data disajikan secara deskriptif dan kualitatif dengan penghitungan kuantitatif yang sederhana melalui grafik. Informan berjumlah delapan, masih berusia dibawah 40 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan ajaran Konghucu yang bersifat filosofis dalam analisisnya. Hasil analisis menunjukkan ajaran Konfusius “bakti” dan “keluarga” meresap cukup dalam di keluarga keturunan Tionghoa sehingga sembahyang Cengbeng ini tetap dilaksanakan di masa modern ini. Keinginan untuk tetap mengenang kebaikan leluhur yang dapat membuat orang yang bersembahyang ini hadir di dunia. Didalam “bakti” ini tercakup pengertian “keluarga” yang didasarkan pada garis keturunan. Kebaruan penelitian ini adalah meneliti sembahyang Cengbeng dari sudut filosofisnya.
Original languageIndonesian
Pages (from-to)9-22
JournalFenghuang: Jurnal Pendidikan Bahasa Mandarin
Volume1
Issue number1
Publication statusPublished - 28 Feb 2022

Cite this