Abstract
Virus covid-19 menyusup ke relung kehidupan manusia di seluruh dunia. Fenomena yang kemudian muncul dari pembatasan gerak di ruang luring adalah masifnya upaya manusia beradaptasi ke medium daring. Dapat kita saksikan begitu banyak seniman dan musisi menggelar pertunjukan melalui ragam macam platform digital, termasuk orkestra Jakarta City Philharmonic (JCP). Penelitian ini akan mendeskripsikan proses berubahnya ruang-waktu orkestra di medium daring yang telah melenyapkan interaksi tubuh sebagai elemen esensial pertunjukan musik. Melalui antropologi kontemporer, kami berargumen bahwa teknologi memungkinkan orkestra mengada sebagai peristiwa mediasi melalui perannya sebagai mediator; yang merakit ulang koneksi dan negosiasi antara tubuh dan materialitas orkestra. Metode etnografi virtual digunakanmelalui observasi daring dan wawancara mendalam dengan direktur artistik, asisten pengaba dan musisi orkestra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orkestra JCP mengalami embodied experience yang timbul dari rombakan-rakitan ulang teknologi sebagai connecting tissue. Hal ini dapat dilihat dari relasi yang terjalin antar-aktan sekaligus implikasinya pada evaluasi nilai-nilai artistik maupun performativitas pertunjukan orkestra.
Original language | Indonesian |
---|---|
Pages (from-to) | 1-14 |
Journal | Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) |
Volume | 23 |
Issue number | 1 |
Publication status | Published - 30 Apr 2022 |
Keywords
- orkestra
- pandemi covid-19
- tubuh
- materialitas