Abstract
Penelitian ini mengkaji pemahaman tentang konstruksi hubungan alam dan manusia dalam film Jungle (2017). Film Jungle menghadirkan pola pikir dan perilaku laki-laki melalui empat tokoh laki-laki (Yossi, Marcus, Kevin, dan Karl) terhadap alam liar (wilderness) sebagai kerangka maskulinitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan ekokritisisme terutama terkait maskulinitas ekologis oleh Hultman & Pulé. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana konstruksi hubungan alam dan manusia melalui kerangka maskulinitas menghadirkan maskulinitas ekologis sebagai bentuk negosiasi maskulinitas hegemonik. Selanjutnya, analisis dilakukan terhadap dua aspek studi film yakni naratif dan sinematografis dari Bogss & Petrie. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran alam melalui hutan Amazon, alam diposisikan sebagai sesuatu yang buruk, liar, menakutkan, dan mampu membunuh manusia sehingga alam dihadirkan sebagai entitas yang mendominasi manusia. Akan tetapi, pola pikir dan perilaku laki-laki terhadap alam justru menghadirkan ilusi dikotomi alam versus manusia, dalam hal ini film Jungle mencoba menghadirkan kritik terhadap antroposentrisme. Selain itu, pola pikir dan perilaku tokoh laki-laki terhadap alam merepresentasikan model-model maskulinitas laki-laki, salah satunya maskulinitas ekologis sebagai alternatif dari maskulinitas hegemonik.
Original language | English |
---|---|
Pages (from-to) | 101-118 |
Journal | Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajarannya |
Volume | 5 |
Issue number | 1 |
DOIs | |
Publication status | Published - Feb 2022 |
Keywords
- alam manusia
- ekologis
- maskulinitas
- negosiasi
- wilderness