Konstipasi Fungsional

Bernie Endyarni, Badriul Hegar Syarif

Research output: Contribution to journalArticlepeer-review

Abstract

Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan masalah sosial maupun psikologis. Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi yang dikeluhkan oleh sebagian besar pasien umumnya konstipasi fungsional yang dihubungkan dengan adanya gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi kronis yaitu kostipasi yang telah berlangsung lebih dari 4 minggu. Dalam mentukan adanya konstipasi terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu frekuensi buang air besar (b.a.b), konsistensi tinja, dan temuan pada pemeriksaan fisis. Para ahli gastroenterologi di Eropa dan Amerika telah membuat satu kriteria untuk yang
menentukan adanya konstipasi fungsional, yang dikenal dengan kriteria Roma. Meskipun masih terus dalam pengkajian, beberapa negara telah menggunakan kriteria tersebut sebagai upaya menentukan adanya konstipasi fungsional. Dalam menangani anak dengan konstipasi perlu ditekankan tentang pentingnya hubungan yang erat antara dokter, orangtua, dan pasien. Pada dasarnya, terapi konstipasi terdiri dari dua fase, yaitu fase pengeluaran masa tinja dan fase pemeliharaan. Catatan harian tentang b.a.b, latihan b.a.b (toilet training), makan makanan berserat, terapi laksatif, serta pendekatan secara psikiatri/psikologi merupakan upaya yang perlu dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Original languageIndonesian
Pages (from-to)75-80
JournalSari Pediatri
Volume6
Issue number2
DOIs
Publication statusPublished - 2004

Cite this