Abstract
Toleransi merupakan sikap individu yang mengakui dan menghargai perbedaan pada setiap orang. Konsep toleransi yang dianut dalam budaya Jawa dirumuskan dalam bentuk proposisi yang disebut unen-unen. Tepa slira 'mawas diri' adalah salah satu proposisi dalam unenunen yang merupakan pedoman bagi orang Jawa untuk menilai orang lain seperti ditujukan kepada dirinya sendiri. Melalui pendekatan semantik dan pragmatik, penelitian kualitatif ini bertujuan merekonstruksi konsep toleransi yang dirumuskan dalam unen-unen. Teori Makna Ogden dan Richard (1956) dan Cruse (2000) digunakan sebagai landasan analisis makna referensial dan relasi taksonomi, sedangkan teori tindak tutur Searle (1979; 1991) digunakan untuk analisis pragmatik. Data penelitian diperoleh melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam. Temuan analisis makna referensial terhadap data unen-unen adalah relasi taksonomis proposisi-proposisi yang menyatakan makna tepa slira. Dalam konteks penggunaan, proposisi tepa slira memiliki daya ilokusioner yang menyatakan tindakan mempersatukan dan menghargai orang lain. Makna referensial dan kontekstual tepa slira bersama-sama merepresentasikan konsep toleransi Jawa. Penerapan konsep toleransi Jawa dalam interaksi sosial memberikan kebermanfaatan dalam penciptaan suasana kedamaian dalam keberagaman budaya
Original language | Indonesian |
---|---|
Publication status | Published - 2017 |
Event | International Young Scholars Symposium of Humanities and Arts 2017 - ID, Depok, Indonesia Duration: 1 Jan 2017 → … http://elsevier.com/theconference |
Conference
Conference | International Young Scholars Symposium of Humanities and Arts 2017 |
---|---|
Country/Territory | Indonesia |
City | Depok |
Period | 1/01/17 → … |
Internet address |
Keywords
- proposisi, toleransi, taksonomi, daya ilokusioner, kebudayaan Jawa