TY - JOUR
T1 - Kinerja Rumah Sakit Swasta dengan Pembayaran INACBGs di Era Jaminan Kesehatan Nasional: Casemix, Casemix Index, Hospital Base Rate
AU - Nurwahyuni, Atik
PY - 2020
Y1 - 2020
N2 - Pembayaran ke rumah sakit yang sebelumnya fee for service, pada era JKN diselenggarakan melalui pola DRG atau INA-CBGs. Rumah sakit swasta harus memonitor kinerjanya menggunakan indikator yang lazim digunakan dalam sistem pembayaran DRG yaitu casemix, casemix index dan Hospital base rate. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja rumah sakit swasta meliputi casemix, casemix index dan hospital base rate. Studi cross sectional ini dilakukan dengan sampel 7 RS yang dipilih secara purposif mewakili RS swasta kelas B, C, dan D yang tersebar di 6 provinsi. Casemix dan CMI RS sangat dipengaruhi oleh kapasitas RS sehingga RS kelas B memiliki casemix dan CMI lebih tinggi dari RS kelas C dan D. Terdapat fenomena CMI di RS kelas C lebih kecil dari kelas D yang kemungkinan disebabkan oleh akurasi koding. Kelengkapan dan ketepatan pengkodean diagnosis dan prosedur sangat berdampak pada besaran casemix dan CMI RS. Hampir semua RS memiliki HBR di atas HBR Nasional kecuali RSC3. Dapat dipastikan RSC3 mendapatkan profit dari implementasi INA-CBGs. Rumah sakit sebaiknya memonitor casemix, CMI dan HBR secara berkala. Kementerian Kesehatan diharapkan mempublikasikan cost weight dan HBR Nasional INA-CBGs serta besaran rata-rata casemix dan CMI menurut kelas RS agar dapat digunakan sebagai benchmark oleh RS.
AB - Pembayaran ke rumah sakit yang sebelumnya fee for service, pada era JKN diselenggarakan melalui pola DRG atau INA-CBGs. Rumah sakit swasta harus memonitor kinerjanya menggunakan indikator yang lazim digunakan dalam sistem pembayaran DRG yaitu casemix, casemix index dan Hospital base rate. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja rumah sakit swasta meliputi casemix, casemix index dan hospital base rate. Studi cross sectional ini dilakukan dengan sampel 7 RS yang dipilih secara purposif mewakili RS swasta kelas B, C, dan D yang tersebar di 6 provinsi. Casemix dan CMI RS sangat dipengaruhi oleh kapasitas RS sehingga RS kelas B memiliki casemix dan CMI lebih tinggi dari RS kelas C dan D. Terdapat fenomena CMI di RS kelas C lebih kecil dari kelas D yang kemungkinan disebabkan oleh akurasi koding. Kelengkapan dan ketepatan pengkodean diagnosis dan prosedur sangat berdampak pada besaran casemix dan CMI RS. Hampir semua RS memiliki HBR di atas HBR Nasional kecuali RSC3. Dapat dipastikan RSC3 mendapatkan profit dari implementasi INA-CBGs. Rumah sakit sebaiknya memonitor casemix, CMI dan HBR secara berkala. Kementerian Kesehatan diharapkan mempublikasikan cost weight dan HBR Nasional INA-CBGs serta besaran rata-rata casemix dan CMI menurut kelas RS agar dapat digunakan sebagai benchmark oleh RS.
M3 - Article
SN - 2598-3849
JO - Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia
JF - Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia
ER -