Abstract
Cedera akibat gempa bumi di Padang tahun 2009 dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang bagi para penyintas. Tujuan studi ini adalah mengetahui karakteristik cedera para penyintas serta perilaku pencarian pengobatan mereka pasca gempa bumi di Padang.
Studi ini merupakan bagian dari studi kohort prospektif di kota Padang pada Januari-Agustus 2010, yang mengamati 277 penyintas yang tinggal di kota Padang, baik yang cedera (183) maupun yang tidak cedera (94). Studi ini diperkuat dengan studi kualitatif. Perbedaan proporsi secara statistic diuji dengan Chi-square.
Diantara penyintas yang cedera, kasus patah tulang ditemukan 51 kasus (27,7%). Patah tuilang terbanyak terjadi pada tungkai/kaki (58.8%) dan lengan/tangan (21.6%). Tujuan terbanyak dalam upaya mencari pertolongan pengobatan pertama kalinya adalah rumah sakit umum pemerintah dan swasta (masing-masing 31.4%). Masih ada penyintas yang mendatangi dukun patah/tabib (21.6%). Perbedaan proporsi upaya pencarian pengobatan pada kali pertama dan pada selanjutannya (kedua), secara statistik tidak bermakna (nilai-p > 0.05). Hampir semua penyintas masih menggunakan kursi roda (53%) dan tongkat penyangga (41%)
Sebagian besar penyintas yang cedera mengalami patah tulang anggota gerak bawah. Tujuan terbanyak pencarian pengobatan adalah rumah sakit umum pemerintah dan swasta. Hampir semua penyintas penderita patah tulang masih harus hidup dengan alat bantu kursi roda atau tongkat penyangga
Original language | English |
---|---|
Journal | Jurnal Dunia Kesmas (JDK) |
Publication status | Published - 2019 |