TY - JOUR
T1 - Hubungan antara Stres Kerja dan Psikopatologi pada Perawat RS Atma Jaya
AU - Surilena,
AU - Kurniawan, Stella Levina
AU - Ismail, Raden Irawati
PY - 2015
Y1 - 2015
N2 - Latar Belakang: Tuntutan tugas perawat di rawat inap dan rawat jalan dapat menyebabkan kelelahan fisik, emosi, mental yang dapat berdampak lanjut dengan stres kerja dan psikopatologi. Tujuan: Mengetahui hubungan antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat di rawat inap dan rawat jalan RS Atma Jaya. Metode: Metode penelitian cross-sectional, sebanyak 66 responden (54 perawat rawat inap dan 12 rawat jalan) didapat secara stratified random sampling, Oktober 2013-November 2014 di RS Atma Jaya, Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner demografi, Survey Diagnostic Stress (SDS-30) untuk mengukur stres kerja, dan Symptoms Checklist (SCl-90) untuk mengukur psikopatologi. Analisis data dengan analisis univariat dan analisis bivariat Fisher. Hasil: 15 di antara 66 (22,8%) perawat dengan psikopatologi positif (risiko gangguan mental emosional), yaitu 13 orang (18,9%) obsesif kompulsif, 12 orang (17,3%) sensitivitas interpersonal, dan 9 orang (13,1%) gejala tambahan. Psikopatologi positif dijumpai pada 13,3% perawat yang bertugas di ruang rawat jalan dan 86,7% perawat yang bertugas di ruang rawat inap. Usia responden terbanyak usia 18-25 tahun, dengan 90,09% perempuan. Perawat rawat inap lebih banyak mengalami stres kerja derajat sedang dibandingkan perawat rawat jalan. Analisis Fisher menunjukkan ada hubungan bermakna (p<0,05) antara faktor stres kerja, yaitu beban kerja berlebih secara kualitatif dan konflik peran dengan psikopatologi. Tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara faktor stres kerja, yaitu tanggung jawab, pengembangan karier, beban kerja berlebih secara kualitatif, dan ketidakjelasan peran dengan psikopatologi Kesimpulan: Psikopatologi positif dan stres kerja derajat sedang lebih banyak dijumpai pada perawat yang bertugas di rawat inap.
AB - Latar Belakang: Tuntutan tugas perawat di rawat inap dan rawat jalan dapat menyebabkan kelelahan fisik, emosi, mental yang dapat berdampak lanjut dengan stres kerja dan psikopatologi. Tujuan: Mengetahui hubungan antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat di rawat inap dan rawat jalan RS Atma Jaya. Metode: Metode penelitian cross-sectional, sebanyak 66 responden (54 perawat rawat inap dan 12 rawat jalan) didapat secara stratified random sampling, Oktober 2013-November 2014 di RS Atma Jaya, Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner demografi, Survey Diagnostic Stress (SDS-30) untuk mengukur stres kerja, dan Symptoms Checklist (SCl-90) untuk mengukur psikopatologi. Analisis data dengan analisis univariat dan analisis bivariat Fisher. Hasil: 15 di antara 66 (22,8%) perawat dengan psikopatologi positif (risiko gangguan mental emosional), yaitu 13 orang (18,9%) obsesif kompulsif, 12 orang (17,3%) sensitivitas interpersonal, dan 9 orang (13,1%) gejala tambahan. Psikopatologi positif dijumpai pada 13,3% perawat yang bertugas di ruang rawat jalan dan 86,7% perawat yang bertugas di ruang rawat inap. Usia responden terbanyak usia 18-25 tahun, dengan 90,09% perempuan. Perawat rawat inap lebih banyak mengalami stres kerja derajat sedang dibandingkan perawat rawat jalan. Analisis Fisher menunjukkan ada hubungan bermakna (p<0,05) antara faktor stres kerja, yaitu beban kerja berlebih secara kualitatif dan konflik peran dengan psikopatologi. Tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara faktor stres kerja, yaitu tanggung jawab, pengembangan karier, beban kerja berlebih secara kualitatif, dan ketidakjelasan peran dengan psikopatologi Kesimpulan: Psikopatologi positif dan stres kerja derajat sedang lebih banyak dijumpai pada perawat yang bertugas di rawat inap.
UR - http://ojs.atmajaya.ac.id/index.php/damianus/article/view/400
M3 - Article
JO - Damianus Journal of Medicine
JF - Damianus Journal of Medicine
SN - 2656-4971
ER -