TY - JOUR
T1 - Faktor Prognosis Sindrom Syok Dengue pada Anak
AU - Satari, Hindra Irawan
AU - Mardani, Rossy Agus
AU - Gunardi, Hartono
PY - 2018
Y1 - 2018
N2 - Latar belakang. Manifestasi klinis yang bervariasi, patogenesis yang kompleks, dan perbedaan serotipe virus membuat sulit memprediksi perjalanan penyakit dengue. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang faktor prognosis terjadinya sindrom syok dengue (SSD), tetapi semuanya menggunakan pedoman World Health Organization (WHO) tahun 1997. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor prognosis terjadinya SSD berdasarkan pedoman WHO tahun 2011.Metode. Studi retrospektif menggunakan data rekam medik pasien anak usia 0 sampai <18 tahun dengan diagnosis demam berdarah dengue (DBD), SSD dan expanded dengue syndrome (EDS) yang memenuhi kriteria WHO tahun 2011 di RSCM dari Januari 2013 sampai Desember 2016. Variabel independen, yaitu jenis kelamin, usia, status gizi, infeksi dengue sekunder, leukopenia, nyeri abdomen, perdarahan gastrointestinal, hepatomegali dan kebocoran plasma. Syok merupakan variabel dependen. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil. Subyek yang memenuhi kriteria penelitian 145 pasien, 52 (35,8%) di antaranya mengalami SSD. Lima dari 52 pasien SSD mengalami syok selama perawatan di rumah sakit. Analisis bivariat yang menghasilkan faktor-faktor signifikan di antaranya, malnutrisi, gizi lebih dan obesitas, perdarahan gastrointestinal, hemokonsentrasi, asites, leukosit ≥5.000 mm3, ensefalopati, peningkatan enzim hati dan overload. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel hemokonsentrasi dan peningkatan enzim hati merupakan faktor prognosis SSD. Kesimpulan. Hemokonsentrasi dan peningkatan enzim hati merupakan faktor prognosis terjadinya SSD.
AB - Latar belakang. Manifestasi klinis yang bervariasi, patogenesis yang kompleks, dan perbedaan serotipe virus membuat sulit memprediksi perjalanan penyakit dengue. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang faktor prognosis terjadinya sindrom syok dengue (SSD), tetapi semuanya menggunakan pedoman World Health Organization (WHO) tahun 1997. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor prognosis terjadinya SSD berdasarkan pedoman WHO tahun 2011.Metode. Studi retrospektif menggunakan data rekam medik pasien anak usia 0 sampai <18 tahun dengan diagnosis demam berdarah dengue (DBD), SSD dan expanded dengue syndrome (EDS) yang memenuhi kriteria WHO tahun 2011 di RSCM dari Januari 2013 sampai Desember 2016. Variabel independen, yaitu jenis kelamin, usia, status gizi, infeksi dengue sekunder, leukopenia, nyeri abdomen, perdarahan gastrointestinal, hepatomegali dan kebocoran plasma. Syok merupakan variabel dependen. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil. Subyek yang memenuhi kriteria penelitian 145 pasien, 52 (35,8%) di antaranya mengalami SSD. Lima dari 52 pasien SSD mengalami syok selama perawatan di rumah sakit. Analisis bivariat yang menghasilkan faktor-faktor signifikan di antaranya, malnutrisi, gizi lebih dan obesitas, perdarahan gastrointestinal, hemokonsentrasi, asites, leukosit ≥5.000 mm3, ensefalopati, peningkatan enzim hati dan overload. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel hemokonsentrasi dan peningkatan enzim hati merupakan faktor prognosis SSD. Kesimpulan. Hemokonsentrasi dan peningkatan enzim hati merupakan faktor prognosis terjadinya SSD.
UR - https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1402
U2 - 10.14238/sp20.3.2018.131-7
DO - 10.14238/sp20.3.2018.131-7
M3 - Article
SN - 0854-7823
VL - 20
SP - 131
EP - 137
JO - Sari Pediatri
JF - Sari Pediatri
IS - 3
ER -