Efektivitas varian metode terapi komplementer untuk fatigue pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK): Tinjauan sistematik

Gustini Putri Dewanti, I Made Kariasa, Sri Yona

Research output: Contribution to journalLiterature reviewpeer-review

Abstract

Pendahuluan: Proses melawan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menjadi sebuah tantangan yang mempengaruhi kualitas hidup pasien. Terlebih, gejala fatigue yang tak terhindarkan sering kali menjadi keterbatasan dalam aspek fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Namun, dalam mengatasi hal tersebut terdapat peluang baru, yakni dengan penggunaan terapi komplementer untuk menangani fatigue secara optimal, membuka jalan bagi perawatan kesehatan yang lebih efektif untuk para penderita PPOK.

Tujuan: Untuk menyelidiki dan menyintesis bukti-bukti ilmiah mengenai penggunaan terapi komplementer untuk fatigue pada pasien PPOK.

Metode: Tinjauan sistematis dengan panduan PRISMA menggunakan lima database antara lain, PubMed, Scopus, ScienceDirect, Cochrane dan EMBASE. Pencarian dengan kombinasi kata kunci ”COPD” OR ”Chronic Obstructive Pulmonary Disease” AND ”Complementary Therapy” OR ”Nonpharmacologic Therapy” OR ”Supportive Therapy” AND ”Fatigue” OR ”Overtiredness” OR ”Exhaustion”. Kriteria artikel yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, desain RCT, responden pasien PPOK di rawat inap ataupun rawat jalan, intervensi terapi komplementer atau non-farmakologis berdurasi minimal 2 minggu, mengukur fatigue dengan instrumen fatigue, berbahasa inggris, teks lengkap, dan publikasi 2016-2023.

Hasil: Ditemukan tujuh artikel yang sesuai kriteria untuk dilakukan analisis. Terapi komplementer dikelompokkan sebagai berikut, terapi dengan alat tambahan, terapi dilakukan profesional, terapi kombinasi alat tambahan dan dilakukan profesional, serta terapi tanpa alat tambahan dan tanpa dilakukan profesional.

Simpulan: Terapi dengan bantuan profesional seperti, yoga dan reflexology menurunkan skor rata-rata fatigue paling besar, diikuti terapi tanpa alat tambahan dan tanpa dilakukan profesional seperti, PMR dan DB, serta terapi dengan alat tambahan seperti, TENS dan IMT maupun kombinasi alat tambahan dan dilakukan profesional (MT pada IMT). Yoga dengan kelas online atau melalui media seperti video dapat diadopsi untuk menjadi program rehabilitasi di rumah.

Saran: Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji kelebihan dan keterbatasan terapi komplementer untuk menurunkan fatigue, sehingga dapat dikombinasikan untuk hasil yang lebih baik.
Original languageIndonesian
Pages (from-to)252-265
JournalHOLISTIK JURNAL KESEHATAN
Volume18
Issue number2
DOIs
Publication statusPublished - 3 May 2024

Keywords

  • Fatigue
  • Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
  • Terapi Komplementer

Cite this