Efektivitas Sacubitril/Valsartan dalam Mencegah Gagal Jantung pada STEMI Pasca Percutaneous Coronary Intervention

Gagal jantung merupakan kemungkinan komplikasi pasca infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) bahkan setelah revaskularisasi. Aktivasi neuroendokrin dalam proses remodeling ventrikel dapat diregulasi dengan angiotensin receptor-neprilysin inhibitor (ARNI) maupun angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor. Penggunaan ARNI dalam bentuk sacubitril/valsartan pada gagal jantung fraksi ejeksi menurun diketahui lebih superior dari ACE inhibitor. Peran ARNI terhadap fungsi jantung pada STEMI belum ditetapkan. Seorang klinisi yang merawat pasien STEMI mempertimbangkan pemberian sacubitril/valsartan untuk mengurangi risiko gagal jantung pasien tersebut. Penelusuran literatur dilakukan di tiga database elektronik: PubMed, Embase, dan Cochrane. Kata kunci berupa text word dan terminologi MeSH disusun dengan teknik Boolean operator. Telaah kritis pada artikel terseleksi dilakukan berdasarkan pedoman dari Oxford Centre for Evidence-Based Medicine. Didapatkan empat uji klinis acak tersamar yang relevan. Hasil telaah pada empat artikel tersebut menunjukkan adanya penurunan risiko kejadian gagal jantung 6 bulan pasca STEMI post-percutaneous coronary intervention (PCI) pada kelompok sacubitril/valsartan dibandingkan dengan ACE inhibitor dengan risiko relatif (RR) 0,35 (IK95% 0,15 – 0,84; p=0,037); RR 0,5 (IK95% 0,31 – 0,82; p=0,004); dan number needed to treat (NNT) 6. Hasil serupa juga ditemukan pada pasien STEMI dengan komplikasi syok kardiogenik: RR 0,47 (IK95% 0,24 – 0,94; p=0,044). Sacubitril/valsartan lebih efektif dibandingkan ACE inhibitor dalam menurunkan risiko gagal jantung 6 bulan pada pasien STEMI yang menjalani PCI.