Abstract
Pemimpin merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan setiap manusia diwajibkan untuk dapat menjadi seorang pemimpin, khususnya terhadap diri sendiri. Namun, bagaimana seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik dan benar? Budaya Jawa, dengan asthabrata-nya merepresentasikan pola kepemimpinan Jawa yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini mengkaji makna filosofis pemimpin Jawa dalam diskursus asthabrata yang terdapat pada novel Sirah!. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teori interpretasi simbolik menurut Budiono Herusatoto untuk memahami kepemimpinan dalam teks. Hasil penelitian membuktikan bahwa, tokoh pemimpin dalam novel Sirah! memiliki sifat-sifat yang mendekati pola kepemimpinan asthabrata, seperti yang diperankan oleh Joyo Dengkek. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa asthabrata sebagai bentuk kepemimpinan dalam budaya Jawa, masih digunakan dalam kehidupan masyarakat, seperti yang dipresentasikan dalam novel Sirah!. Bentuk kepemimpinan tersebut juga masih relevan hingga saat ini karena peristiwa-peristiwa pemilu dalam novel seperti pemilu pada masa ini. Kebaruan dari penelitian ini adalah filosofi kepemimpinan Jawa sebagai diskursus asthabrata dalam novel Sirah! yang diterbitkan 2001 mempresentasikan pemikiran kepemimpinan masa kini.
Keywords: diskursus kepemimpinan, asthabrata, Sirah!
Keywords: diskursus kepemimpinan, asthabrata, Sirah!
Original language | Indonesian |
---|---|
Pages | 410-422 |
Publication status | Published - Oct 2019 |