TY - JOUR
T1 - Diagnosis Kriptokokosis Meningeal pada Penderita AIDS Dengan Deteksi Antigen Glucuronoxylomannan Pada Cairan Otak
AU - Adawiyah, Robiatul
AU - Syam, Ridhawaty
AU - Imran, Darma
PY - 2018
Y1 - 2018
N2 - Kriptokokosis meningeal karena ragi berkapsul Cryptococcus sering didapatkan pada penderita AIDS dan menyebabkan kecacatan dan kematian. Diagnosis dini yang diharapkan dapat diatasi dengan diagnosis pemeriksaan tinta India yang rendah dan kultur yang perlu 5-7 hari. Sebagai alternatif, WHO merekomendasikan deteksi antigen dengan cara uji aglutinasi lateks untuk deteksi antigen glucuronoxylomanan (GXM) dan lateral flow asay yang mendeteksi kompleks antigen Cryptococcus sp. Mengingat antigen GXM juga dapat ditemukan pada orang sehat, perlu ditetapkan nilai batas (cut off) yang untuk mendiagnosis kriptokokosis klinis. Pada penelitian ini, nilai cut off GXM dicari dengan memeriksa cairan otak yang tidak diencerkan, diencerkan 100×, 300×, dan 500× dengan menggunakan metoda aglutinasi lateks (PASTOREX TM CRYPTO PLUS 61747 (kat. 7EM2093, Bio-Rad Perancis). Tiap dilusi dihitung sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN, dan nilai kappa untuk menilai kesetaraan antara metode uji dengan baku emas (tinta india dan kultur) serta uji McNemar untuk mengetahui perbedaan antara metode uji dan baku emas. Receiver operating characteristics (ROC) curve dinilai untuk mengetahui kombinasi terbaik sensitivitas dan spesifisitas. Deteksi antigen GXM pada cairan otak menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang bervariasi pada dilusi yang berbeda. Sensitivitas terbaik didapatkan pada LCS yang tidak diencerkan, namun spesifisitas terbaik ditemukan pada dilusi 500× (100%) disusul oleh dilusi 300× (98,1%). Secara keseluruhan berdasarkan sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN, nilai kappa dan nilai ROC, dilusi 300× merupakan dilusi terbaik. Uji McNemar memperlihatkan tidak ada perbedaan antara metode uji dan baku emas. Dilusi cairan otak 300× merupakan nilai cut off deteksi GXM untuk menegakkan diagnosis kriptokokosis meningeal.
AB - Kriptokokosis meningeal karena ragi berkapsul Cryptococcus sering didapatkan pada penderita AIDS dan menyebabkan kecacatan dan kematian. Diagnosis dini yang diharapkan dapat diatasi dengan diagnosis pemeriksaan tinta India yang rendah dan kultur yang perlu 5-7 hari. Sebagai alternatif, WHO merekomendasikan deteksi antigen dengan cara uji aglutinasi lateks untuk deteksi antigen glucuronoxylomanan (GXM) dan lateral flow asay yang mendeteksi kompleks antigen Cryptococcus sp. Mengingat antigen GXM juga dapat ditemukan pada orang sehat, perlu ditetapkan nilai batas (cut off) yang untuk mendiagnosis kriptokokosis klinis. Pada penelitian ini, nilai cut off GXM dicari dengan memeriksa cairan otak yang tidak diencerkan, diencerkan 100×, 300×, dan 500× dengan menggunakan metoda aglutinasi lateks (PASTOREX TM CRYPTO PLUS 61747 (kat. 7EM2093, Bio-Rad Perancis). Tiap dilusi dihitung sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN, dan nilai kappa untuk menilai kesetaraan antara metode uji dengan baku emas (tinta india dan kultur) serta uji McNemar untuk mengetahui perbedaan antara metode uji dan baku emas. Receiver operating characteristics (ROC) curve dinilai untuk mengetahui kombinasi terbaik sensitivitas dan spesifisitas. Deteksi antigen GXM pada cairan otak menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang bervariasi pada dilusi yang berbeda. Sensitivitas terbaik didapatkan pada LCS yang tidak diencerkan, namun spesifisitas terbaik ditemukan pada dilusi 500× (100%) disusul oleh dilusi 300× (98,1%). Secara keseluruhan berdasarkan sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN, nilai kappa dan nilai ROC, dilusi 300× merupakan dilusi terbaik. Uji McNemar memperlihatkan tidak ada perbedaan antara metode uji dan baku emas. Dilusi cairan otak 300× merupakan nilai cut off deteksi GXM untuk menegakkan diagnosis kriptokokosis meningeal.
M3 - Article
JO - Majalah Kedokteran UKI
JF - Majalah Kedokteran UKI
ER -