Abstract
Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia cenderung stagnan tinggi, sama halnya dengan yang terjadi di DKI
Jakarta. Wilayah Jakarta Timur, menjadi lokasi dengan prevalensi tertinggi di DKI Jakarta yaitu 18,6% dari 14,5% (2017).
Secara spesifik, Kecamatan Cakung memiliki prevalensi tertinggi di Jakarta Timur dan Kecamatan Pulogadung berisiko
tinggi terkena gizi kurang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemenuhan gizi yang tidak sesuai menjadi
salah satu penyebab terjadinya kondisi tersebut. Periode 0-24 bulan adalah waktu standar emas dalam perkembangan otak
dan fisik, sehingga diperlukan asupan gizi yang berkelanjutan. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui determinan
perilaku pemenuhan gizi usia bawah dua tahun (baduta). Metode penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Responden penelitian adalah 132 ibu yang memiliki anak usia 24-36 bulan, dipilih dengan teknik purposive
sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara survey menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
perilaku ibu dalam memenuhi gizi usia baduta sudah baik. Berdasarkan uji multivariat diketahui pengetahuan, sikap dan
dukungan instrumental dari suami berhubungan dengan perilaku pemenuhan gizi usia baduta. Dari hasil penelitian
diharapkan ada intervensi promosi kesehatan melalui model social and behavioral change communication yang
menekankan adanya upaya peningkatan pengetahuan, pembentukan sikap yang positif dan adanya upaya tindakan langsung
dari suami dalam mendukung perilaku.
Jakarta. Wilayah Jakarta Timur, menjadi lokasi dengan prevalensi tertinggi di DKI Jakarta yaitu 18,6% dari 14,5% (2017).
Secara spesifik, Kecamatan Cakung memiliki prevalensi tertinggi di Jakarta Timur dan Kecamatan Pulogadung berisiko
tinggi terkena gizi kurang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemenuhan gizi yang tidak sesuai menjadi
salah satu penyebab terjadinya kondisi tersebut. Periode 0-24 bulan adalah waktu standar emas dalam perkembangan otak
dan fisik, sehingga diperlukan asupan gizi yang berkelanjutan. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui determinan
perilaku pemenuhan gizi usia bawah dua tahun (baduta). Metode penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Responden penelitian adalah 132 ibu yang memiliki anak usia 24-36 bulan, dipilih dengan teknik purposive
sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara survey menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
perilaku ibu dalam memenuhi gizi usia baduta sudah baik. Berdasarkan uji multivariat diketahui pengetahuan, sikap dan
dukungan instrumental dari suami berhubungan dengan perilaku pemenuhan gizi usia baduta. Dari hasil penelitian
diharapkan ada intervensi promosi kesehatan melalui model social and behavioral change communication yang
menekankan adanya upaya peningkatan pengetahuan, pembentukan sikap yang positif dan adanya upaya tindakan langsung
dari suami dalam mendukung perilaku.
Original language | Indonesian |
---|---|
Journal | Jurnal Ilmiah Kesehatan |
Publication status | Published - 2019 |