TY - JOUR
T1 - Determinan Diagnostik Klinis Defisiensi Vitamin D pada Wanita Berusia Lebih dari 50 Tahun
AU - Vera, Vera
AU - Setiati, Siti
AU - Rooshoeroe, Arya Govinda
PY - 2015
Y1 - 2015
N2 - Pendahuluan. Prevalensi deifisiensi vitamin D pada wanita 50 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi namun pemeriksaan kadar vitamin D serum sangat mahal. Oleh karena itu, diperlukan alat penyaring defisiensi vitamin D yang cukup ekonomis dan sederhana untuk dikerjakan di layanan kesehatan primer. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik, menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) sehubungan dengan pengambilan data hanya dilakukan sewaktu saja. Penelitian ini dilakukan di Kotamadia Bandung selama Agustus–Oktober 2012. Pada 240 subjek, dilakukan pengumpulan data berupa karakteristik responden, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronik, riwayat jatuh, riwayat fraktur setelah menopause, nyeri tulang, skor paparan sinar matahari, skor proteksi sinar matahari, status gizi, kinerja fisik (5 timed chair-stands dan uji sikap tandem), status kesehatan (jumlah dan derajat berat penyakit kronis), kadar vitamin D serum. Untuk pengujian statistik hubungan antara dua variabel kualitatif dikotom dilakukan dengan uji Chi-square dilanjutkan dengan uji multivariat. Hasil. Penelitian ini menemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara diabetes mellitus, skor proteksi matahari, kelemaan otot ekstremitas bawah dengan defiisensi vitamin D. Berdasarkan ketiga determinan tersebut, dapat dibuat sistem skoring yang dapat digunakan untuk menyaring kelompok wanita 50 tahun ke atas yang mempunyai probabilitas besar menderita defisiensi vitamin D. Simpulan. Determinan diagnostik defisiensi vitamin D berat yang ditemukan pada penelitian ini meliputi: adanya diabetes melitus, skor proteksi matahari, kelemahan otot tungkai bawah. Sistem skoring untuk menyaring defisiensi vitamin D berat pada wanita berusia 50 tahun ke atas dapat dibuat berdasarkan ketiga determinan tersebut di atas. Bobot untuk masing-masing determinan adalah: 1 untuk diabetes mellitus dan kelemahan otot tungkai bawah serta 2 untuk skor proteksi matahari. Bila penjumlahan dari skor ketiga komponen tersebut ³2, maka subjek tersebut diprediksi menderita defisiensi vitamin D berat.
AB - Pendahuluan. Prevalensi deifisiensi vitamin D pada wanita 50 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi namun pemeriksaan kadar vitamin D serum sangat mahal. Oleh karena itu, diperlukan alat penyaring defisiensi vitamin D yang cukup ekonomis dan sederhana untuk dikerjakan di layanan kesehatan primer. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik, menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) sehubungan dengan pengambilan data hanya dilakukan sewaktu saja. Penelitian ini dilakukan di Kotamadia Bandung selama Agustus–Oktober 2012. Pada 240 subjek, dilakukan pengumpulan data berupa karakteristik responden, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronik, riwayat jatuh, riwayat fraktur setelah menopause, nyeri tulang, skor paparan sinar matahari, skor proteksi sinar matahari, status gizi, kinerja fisik (5 timed chair-stands dan uji sikap tandem), status kesehatan (jumlah dan derajat berat penyakit kronis), kadar vitamin D serum. Untuk pengujian statistik hubungan antara dua variabel kualitatif dikotom dilakukan dengan uji Chi-square dilanjutkan dengan uji multivariat. Hasil. Penelitian ini menemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara diabetes mellitus, skor proteksi matahari, kelemaan otot ekstremitas bawah dengan defiisensi vitamin D. Berdasarkan ketiga determinan tersebut, dapat dibuat sistem skoring yang dapat digunakan untuk menyaring kelompok wanita 50 tahun ke atas yang mempunyai probabilitas besar menderita defisiensi vitamin D. Simpulan. Determinan diagnostik defisiensi vitamin D berat yang ditemukan pada penelitian ini meliputi: adanya diabetes melitus, skor proteksi matahari, kelemahan otot tungkai bawah. Sistem skoring untuk menyaring defisiensi vitamin D berat pada wanita berusia 50 tahun ke atas dapat dibuat berdasarkan ketiga determinan tersebut di atas. Bobot untuk masing-masing determinan adalah: 1 untuk diabetes mellitus dan kelemahan otot tungkai bawah serta 2 untuk skor proteksi matahari. Bila penjumlahan dari skor ketiga komponen tersebut ³2, maka subjek tersebut diprediksi menderita defisiensi vitamin D berat.
UR - http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/94
U2 - 10.7454/jpdi.v2i1.94
DO - 10.7454/jpdi.v2i1.94
M3 - Article
SN - 2406-8969
VL - 2
SP - 38
EP - 48
JO - Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
JF - Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
IS - 1
ER -