Abstract
Depresi adalah kondisi umum yang sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung (GJ) dan diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya atau memberatnya gangguan kardiovaskular. Depresi pada pasien penyakit jantung sering didefinisikan sebagai suatu kondisi psikosomatik-somatopsikis yang saling memengaruhi. Namun, terlepas dari dampak buruk dari depresi, kondisi ini sering tidak terdiagnosis dan kurang mendapat perhatian pada pasien gagal jantung.Makalah ini disusun berdasarkan kajian literatur dari Pubmed, Google Scholar dan Scopus untuk mendapatkan gambaran pendekatan psikosomatik, pada pasien depresi dengan gagal jantung yang di antaranya meliputi (1) epidemiologi, (2) patofisiologi, (3) diagnosis, dan (4) manajemen depresi pada gagal jantung. Hasil kajian literatur menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada gagal jantung di Indonesia sebesar 5,3-42%. Mekanisme patofisiologi depresi dan gagal jantung,merupakan proses yang saling memengaruhi, yang mana terjadi disregulasi pada sistem saraf simpatik dan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal yang pada gilirannya memiliki sejumlah efek hilir yang mengganggu, termasuk risiko terjadinya hipertrofi ventrikel kiri, hipertensi, vasokonstriksi koroner, disfungsi endotel aktivasi platelet, dan produksi sitokin proinflamasi. Diagnosis depresi pada pasien HF dilakukan mengacu pada kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental DisordersV (DSM-V) yang disusun oleh American Psychiatric Association. Skrining depresi dapat dilakukan menggunakan Patient Health Questionnaires-2 (PHQ-2) atau PHQ-9. Pendekatan terapi menggunakan model biopsikososial-spiritual. Psikoterapi(misalnya psikoterapi kognitif-perilaku) dan terapi farmakologis (misalnya penggunaan sertralin, penghambat ambilan serotonin selektif) terbukti aman dan efektif dalam manajemen depresi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular. Selain itu, dibutuhkan juga program perawatan kolaboratif dan multidisiplin dalam intervensi pasien gagal jantung dengan depresi. Sebagai kesimpulan, tinjauan artikel dalam makalah ini menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada gagal jantung cukup tinggi namun sering kurang dikenali oleh dokter, terdapat hubungan antara psikosomatik dan gagal jantung, pendekatan biopsikososial-spiritual melalui non farmakologi seperti psikoterapi dan terapi farmakologi memiliki manfaat. Penelitian di masa depan diperlukan untuk membuat evaluasi berbasis bukti dan algoritma pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari populasi target.
Translated title of the contribution | Depression in Hear ession in Heart Failure: Psychosomatic Appr chosomatic Approach |
---|---|
Original language | Indonesian |
Pages (from-to) | 154-160 |
Journal | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia |
Volume | 8 |
Issue number | 3 |
DOIs | |
Publication status | Published - 30 Sept 2021 |
Keywords
- Depresi
- diagnosis
- gagal jantung
- psikosomatik