TY - JOUR
T1 - Defisiensi Besi dan Anemia Defisiensi Besi pada Anak Remaja Obes
AU - Hendarto, Aryono
PY - 2018
Y1 - 2018
N2 - Latar belakang. Remaja merupakan kelompok risiko tinggi untuk mengalami defisiensi besi. Obesitas pada remaja meningkatkan
risiko defisiensi besi akibat perbedaan pola asupan dan inflamasi kronik derajat rendah.
Tujuan. Mengetahui status besi dan asupan besi remaja obes usia 15 -17 tahun.
Metode. Penelitian potong lintang pada remaja usia 15 – 17 tahun di dua SMU Jakarta Pusat pada bulan September – November
2015. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Subjek dinyatakan obes bila IMT≥P95 dan non-
obes bila IMT ≥P5 - <P85. Kepada subjek dilakukan penilaian status besi, yaitu hemoglobin, mean corpusculus volume (MCV), besi
serum, feritin, saturasi transferin, dan total iron bonding capacity (TIBC) serta analisis diet.
Hasil. Sebanyak 100 subyek memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 52 subjek obes dan 48 subjek non-obes. Tidak terdapat
perbedaan bermakna proporsi defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada kelompok obes dan non-obes (9,6% vs 16,7%; p=0,295).
Tidak terdapat perbedaan bermakna asupan zat besi total kelompok obes dan non-obes ( 8 (2,6 – 95,9) mg/hari vs 10 (1,8 – 83,4)
mg/hari; p=0,188). Persentase asupan zat besi hem kelompok obes lebih tinggi dibandingkan kelompok non-obes (31 (0,0 – 95,6)%
vs 20 (15,2 – 100,0)%; p=0,029).
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan proporsi defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada remaja obes dan non obes usia 15 – 17
tahun. Tidak terdapat perbedaan rerata asupan zat besi remaja obes dan non-obes usia 15 – 17 tahun. Sari Pediatri 2018;20(1):1-6
AB - Latar belakang. Remaja merupakan kelompok risiko tinggi untuk mengalami defisiensi besi. Obesitas pada remaja meningkatkan
risiko defisiensi besi akibat perbedaan pola asupan dan inflamasi kronik derajat rendah.
Tujuan. Mengetahui status besi dan asupan besi remaja obes usia 15 -17 tahun.
Metode. Penelitian potong lintang pada remaja usia 15 – 17 tahun di dua SMU Jakarta Pusat pada bulan September – November
2015. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Subjek dinyatakan obes bila IMT≥P95 dan non-
obes bila IMT ≥P5 - <P85. Kepada subjek dilakukan penilaian status besi, yaitu hemoglobin, mean corpusculus volume (MCV), besi
serum, feritin, saturasi transferin, dan total iron bonding capacity (TIBC) serta analisis diet.
Hasil. Sebanyak 100 subyek memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 52 subjek obes dan 48 subjek non-obes. Tidak terdapat
perbedaan bermakna proporsi defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada kelompok obes dan non-obes (9,6% vs 16,7%; p=0,295).
Tidak terdapat perbedaan bermakna asupan zat besi total kelompok obes dan non-obes ( 8 (2,6 – 95,9) mg/hari vs 10 (1,8 – 83,4)
mg/hari; p=0,188). Persentase asupan zat besi hem kelompok obes lebih tinggi dibandingkan kelompok non-obes (31 (0,0 – 95,6)%
vs 20 (15,2 – 100,0)%; p=0,029).
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan proporsi defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada remaja obes dan non obes usia 15 – 17
tahun. Tidak terdapat perbedaan rerata asupan zat besi remaja obes dan non-obes usia 15 – 17 tahun. Sari Pediatri 2018;20(1):1-6
M3 - Article
SN - 2338-5030
JO - Sari Pediatri
JF - Sari Pediatri
ER -