Abstract
Pendahuluan: Gigi supernumerari (hiperdontia) adalah sejumlah gigi berlebih yang dapat terjadi pada gigi sulung maupun permanen. Odontoma merupakan anomali jumlah gigi yang memiliki dua tipe yaitu complex dan compound. Compound odontoma memiliki kesamaan anatomi dengan bentuk gigi normal, bersifat asimtomatik namun berhubungan dengan gangguan erupsi gigi. Pemeriksaan radiografis yang umum digunakan meliputi panoramik, periapikal dan oklusal. Pemeriksaan tersebut memiliki keterbatasan yaitu bidang proyeksi hanya dua dimensi. Teknologi 3D menggunakan cone-beam computed tomography (CBCT) memberikan hasil yang lebih detil serta mencegah superimposisi sehingga didapatkan diagnosis dan rencana perawatan akurat. Kasus: Pasien perempuan usia 14 tahun datang ke klinik IKGA RSKGM FKG UI untuk konsultasi ortodontik. Pada pemeriksaan klinis dan radiografis panoramik, terdapat gigi supernumerari. CBCT digunakan agar didapatkan gambaran lebih detil serta penegakan diagnosis massa radiopak di regio 18 berupa compound odontoma. Penatalaksanaan Kasus: Gigi supernumerari regio 16 dilakukan ekstraksi. Compound odontoma regio 18 dilakukan observasi. Pembahasan: Hasil 3D dari CBCT menyediakan informasi dari tiga bidang sehingga evaluasi menjadi lebih detil dan komplikasi perawatan dapat dicegah dibandingkan bila hanya menggunakan radiograf konvensional. Ekstraksi gigi supernumerari dilakukan secara lokal. Compound odontoma diobservasi berkala karena pengambilan pada usia ini dapat menyebabkan komplikasi. Kesimpulan: CBCT dapat digunakan di bidang kedokteran gigi anak untuk kasus khusus seperti menentukan posisi serta morfologi gigi supernumerari dan compound odontoma.
Original language | Indonesian |
---|---|
Journal | Journal of Indonesian Dental Association |
Publication status | Published - 2018 |