Abstract
Latar belakang: Reaksi transfusi akut (RTA) merupakan sekelompok kejadian yang tidak diinginkan akibat pemberian transfusi darah. Manifestasi dari RTA bervariasi dari yang ringan hingga mengancam nyawa. Saat ini, data mengenai reaksi transfusi di Indonesia masih sangat terbatas. Dalam studi ini, kami bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik RTA dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Studi ini merupakan studi retrospektif yang melibatkan 288 subyek dengan RTA. Studi dilakukan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, dimulai sejak Januari hingga Desember 2017. RTA dikelompokkan berdasarkan sistem tubuh yang mengalami manifestasi, serta derajat manifestasinya.
Hasil: Sel darah merah merupakan produk darah utama yang ditransfusikan ke subyek, diikuti dengan konsentrat trombosit, plasma segar beku, dan kriopresipitat. Lima gejala utama dari RTA adalah gatal, demam/kenaikan suhu tubuh, menggigil, urtikaria, dan angioedema. Berdasarkan sistem tubuh yang terkena, umumnya RTA bermanifestasi sebagai gejala pada kulit (56.6%). Berdasarkan derajat manifestasinya, RTA umumnya dikategorikan dalam derajat ringan (55.9%). Anak-anak cenderung mengalami manifestasi yang ringan (64.8%) dan utamanya bermanifestasi pada kulit (65.4%). Riwayat transfusi mempengaruhi derajat RTA secara signifikan. RTA derajat sedang dan gejala konstitusional lebih banyak ditemukan pada subyek yang mendapat PRC dibanding produk darah lainnya.
Kesimpulan: Umumnya RTA bermanifestasi sebagai gejala dermatologi. Hanya sedikit kasus RTA yang disebabkan oleh reaksi inkompatibilitas. Manifestasi dan derajat RTA juga dipengaruhi oleh umur, riwayat transfusi, dan jenis komponen darah.
Metode: Studi ini merupakan studi retrospektif yang melibatkan 288 subyek dengan RTA. Studi dilakukan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, dimulai sejak Januari hingga Desember 2017. RTA dikelompokkan berdasarkan sistem tubuh yang mengalami manifestasi, serta derajat manifestasinya.
Hasil: Sel darah merah merupakan produk darah utama yang ditransfusikan ke subyek, diikuti dengan konsentrat trombosit, plasma segar beku, dan kriopresipitat. Lima gejala utama dari RTA adalah gatal, demam/kenaikan suhu tubuh, menggigil, urtikaria, dan angioedema. Berdasarkan sistem tubuh yang terkena, umumnya RTA bermanifestasi sebagai gejala pada kulit (56.6%). Berdasarkan derajat manifestasinya, RTA umumnya dikategorikan dalam derajat ringan (55.9%). Anak-anak cenderung mengalami manifestasi yang ringan (64.8%) dan utamanya bermanifestasi pada kulit (65.4%). Riwayat transfusi mempengaruhi derajat RTA secara signifikan. RTA derajat sedang dan gejala konstitusional lebih banyak ditemukan pada subyek yang mendapat PRC dibanding produk darah lainnya.
Kesimpulan: Umumnya RTA bermanifestasi sebagai gejala dermatologi. Hanya sedikit kasus RTA yang disebabkan oleh reaksi inkompatibilitas. Manifestasi dan derajat RTA juga dipengaruhi oleh umur, riwayat transfusi, dan jenis komponen darah.
Original language | English |
---|---|
Journal | Health Science Journal of Indonesia |
Publication status | Published - 2019 |