Abstract
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah dibuktikan sebagai salah satu faktor etiologis karsinoma serviks. Saat ini telah diidentifikasi berbagai tipe HPV, dan bedakan menjadi tipe risiko tinggi (high risk) dan tipe risiko rendah (low risk). HPV tipe risiko tinggi telah dibuktikan sebagai faktor etiologis kanker serviks, sedangkan HPV tipe risiko rendah lebih banyak dikaitkan dengan lesi non-malignan seperti kondiloma.
Lebih dari 90% perempuan yang aktif secara seksual telah terinfeksi HPV. Namun demikian sebagian besar tanpa gejala dan akan sembuh secara spontan, dan hanya sekitar 10% akan berlanjut menjadi infeksi kronik. Selanjutnya hanya 1-2% dari infeksi HPV yang akan berkembang menjadi karsinoma serviks. Selain itu, terdapat pula kencenderungan pada infeksi kronik juga ditemukan infeksi HPV multipel oleh berbagai tipe HPV. Berdasarkan kondisi tersebut, diduga faktor imunitas pejamu berperan penting pada infeksi HPV. Dugaan tersebut didukung pula oleh berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa pada pasien terinfeksi HIV, infeksi HPV kronik dan multipel lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak terinfeksi HIV.
Respon imun humoral dan selular berperan dalam pertahanan terhadap infeksi HPV. Antibodi terhadap HPV, mempunyai kemampuan proteksi sebelum virus menginfeksi sel pejamu. Sedangkan imunitas seluler lebih berperan setelah virus menginfeksi sel. Oleh karena itu, vaksinasi yang bertujuan untuk merangsang pembentukan antibodi terhadap HPV mempunyai efektivitas tinggi mencegah infeksi HPV jika diberikan pada perempuan yang belum aktif secara seksual, dan efektivitasnya sangat rendah jika diberikan pada perempuan yang aktif secara seksual. Sedangkan pada individu yang telah terinfeksi HPV vaksinasi selular berupa limfosit T atau sel dendritik dilaporkan memiliki efek terapetik yang baik.
Lebih dari 90% perempuan yang aktif secara seksual telah terinfeksi HPV. Namun demikian sebagian besar tanpa gejala dan akan sembuh secara spontan, dan hanya sekitar 10% akan berlanjut menjadi infeksi kronik. Selanjutnya hanya 1-2% dari infeksi HPV yang akan berkembang menjadi karsinoma serviks. Selain itu, terdapat pula kencenderungan pada infeksi kronik juga ditemukan infeksi HPV multipel oleh berbagai tipe HPV. Berdasarkan kondisi tersebut, diduga faktor imunitas pejamu berperan penting pada infeksi HPV. Dugaan tersebut didukung pula oleh berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa pada pasien terinfeksi HIV, infeksi HPV kronik dan multipel lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak terinfeksi HIV.
Respon imun humoral dan selular berperan dalam pertahanan terhadap infeksi HPV. Antibodi terhadap HPV, mempunyai kemampuan proteksi sebelum virus menginfeksi sel pejamu. Sedangkan imunitas seluler lebih berperan setelah virus menginfeksi sel. Oleh karena itu, vaksinasi yang bertujuan untuk merangsang pembentukan antibodi terhadap HPV mempunyai efektivitas tinggi mencegah infeksi HPV jika diberikan pada perempuan yang belum aktif secara seksual, dan efektivitasnya sangat rendah jika diberikan pada perempuan yang aktif secara seksual. Sedangkan pada individu yang telah terinfeksi HPV vaksinasi selular berupa limfosit T atau sel dendritik dilaporkan memiliki efek terapetik yang baik.
Original language | English |
---|---|
Title of host publication | Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2014 |
Publisher | Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia |
ISBN (Print) | 978-602-7655-09-6 |
Publication status | Published - Sept 2014 |
Keywords
- HPV
- kanker serviks
- respon imun