Abstract
Penyebaran paham radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman besar bagi bangsa Indonesia. Puluhan hingga ratusan orang ditangkap karena terlibat tindak pidana terorisme. Upaya deradikalisasi harus dilakukan sekrompehensif dan pendekatan selunak mungkin oleh
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) supaya dapat mereduksi perkembangan radikalisme dan terorisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bentuk dari program deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis penggalangan intelijen. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara narasumber
dan studi literatur. Analisa dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan model triangulasi data untuk memastikan keabsahan data yang didapatkan dari narasumber satu
dengan lainnya dan dari studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT baik yang ada di dalam lapas dan di luar lapas
menggunakan penggalangan intelijen dengan metode RASCLS (Reciprocation, Authority,
Scarcity, Commitment, Liking, Social Proof) dan MICE (Money, Ideology, Coercion, Ego) namun tidak secara keseluruhan. Metode Scarcity dan Coercion tidak digunakan dalam program deradikalisasi karena tujuan deradikalisasi adalah melakukan pembinaan, pendampingan, dan
pemberdayaan dengan hati ke hati bukan untuk membuat target (narapidana terorisme dan mantan narapidana terorisme) menjadi susah dan dipaksa.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) supaya dapat mereduksi perkembangan radikalisme dan terorisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bentuk dari program deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis penggalangan intelijen. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara narasumber
dan studi literatur. Analisa dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan model triangulasi data untuk memastikan keabsahan data yang didapatkan dari narasumber satu
dengan lainnya dan dari studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT baik yang ada di dalam lapas dan di luar lapas
menggunakan penggalangan intelijen dengan metode RASCLS (Reciprocation, Authority,
Scarcity, Commitment, Liking, Social Proof) dan MICE (Money, Ideology, Coercion, Ego) namun tidak secara keseluruhan. Metode Scarcity dan Coercion tidak digunakan dalam program deradikalisasi karena tujuan deradikalisasi adalah melakukan pembinaan, pendampingan, dan
pemberdayaan dengan hati ke hati bukan untuk membuat target (narapidana terorisme dan mantan narapidana terorisme) menjadi susah dan dipaksa.
Original language | Indonesian |
---|---|
Journal | Socia : Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial |
Publication status | Published - 2021 |