Suku Bunga Naik Lagi, Ini Dampaknya Bagi Bank Digital

Press/Media

Description

Saat ini, sektor perbankan Indonesia menunjukkan performa yang kuat dengan modal yang cukup besar, tingkat kredit macet rendah, dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang sehat (statistik OJK, Januari 2023). Meskipun demikian, ketidakpastian ekonomi pada tahun 2023 dapat menjadi ancaman bagi ekosistem perbankan. Sejumlah kebijakan moneter telah diterapkan untuk menjaga stabilitas ekonomi, salah satunya melalui peningkatan suku bunga.

 

Sepanjang tahun 2023, Federal Reserve (The FED) meningkatkan suku bunga USD sebanyak empat kali, mencapai 5.25% - 5.5%, dengan indikasi kenaikan lebih lanjut pada akhir tahun tersebut. Bank Indonesia juga merespons dengan menaikkan suku bunga pada bulan Januari dan secara tiba-tiba pada bulan Oktober, suku bunga IDR naik kembali menjadi 6%. Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran karena meningkatnya suku bunga juga meningkatkan costs of depositscosts of funds dan suku bunga pinjaman, terutama bagi bank digital yang baru memasuki ekosistem perbankan Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, bank digital telah berkembang pesat di Indonesia, diikuti oleh partisipasi masyarakat yang mulai terbiasa menggunakan bank digital untuk kegiatan transaksi finansialnya. Untuk meningkatkan user-base, bank digital secara masif mengajak masyarakat di berbagai kalangan untuk menabung dengan diberikan imbal hasil atau bunga simpanan yang tinggi sampai dengan 6%. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan funding dan Current Account Savings Account (CASA) sebagai sumber dana murah agar dapat digunakan untuk memberikan pinjaman ke masyarakat dan pengusaha. Namun dengan kenaikan suku bunga, bank digital perlu menyesuaikan strategi untuk meningkatkan CASA dan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat.

 

Untuk meningkatkan minat masyarakat dalam menabung di bank digital, salah satu langkah yang dapat diambil adalah menawarkan suku bunga simpanan yang menarik. Jika suku bunga yang ditawarkan oleh bank digital tetap berada dalam kisaran 5% - 6%, masyarakat mungkin lebih tertarik untuk menabung di bank konvensional karena perbedaan spread bunga yang tidak terlalu signifikan. Kepercayaan masyarakat juga cenderung lebih tinggi jika menyimpan dana di bank konvensional karena reputasi yang lebih baik dan jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Maka dari itu, sangat tinggi potensi masyarakat akan memindahkan dananya dari rekening bank digital kembali ke bank konvensional jika suku bunga simpanan bank digital tetap sama.

 

Selain itu, kenaikan suku bungan akan menyebabkan peningkatan dari cost of funds dan cost of deposit. Jika suku bunga simpanan dinaikkan, net interest margin bank digital akan menjadi lebih rendah. Untuk tetap mempertahankan net interest margin-nya, bank digital juga mungkin harus meningkatkan suku bunga pinjamannya. Namun, peningkatan suku bunga pinjaman dapat menjadi sarana yang berbahaya bagi bank digital untuk mempertahankan net interest margin.

Peningkatan suku bunga pinjaman dapat mempengaruhi kemampuan nasabah untuk membayar pinjaman mereka, yang pada gilirannya dapat berdampak pada NPL Bank. Jika NPL bank tinggi, maka akan lebih banyak risiko yang dihadapi, termasuk risiko hukum, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi karena sanksi pemerintah. Bank digital harus memperhatikan tren pasar dan perubahan kebutuhan pelanggan, selain mengambil risiko finansial. Meningkatnya minat dalam fintech dan aset kripto membuat ekosistem perbankan sangat dinamis. Selain itu, blockchain dan fintech biasanya menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi daripada suku bunga tetapi memiliki resiko yang umumnya dapat lebih tinggi. Walaupun begitu, Bank Digital harus tetap kompetitif dan mengikuti tren sembari mempertahankan kondisi finansial dan mengatasi risiko.

 

Untuk menjaga stabilitas bisnis mereka, bank digital harus proaktif mengatasi risiko internal dan eksternal. Dengan membangun portofolio HQLA yang kuat, Bank Digital Indonesia harus meningkatkan manajemen risiko. Ini akan meningkatkan kemampuan bank untuk menangani risiko likuiditas dalam keadaan yang tidak pasti di masa depan. Bank digital harus mempertimbangkan diversifikasi dana yang dimiliki saat memperbaiki ketergantungan sumber dana. Ini akan berdampak pada neraca net cash outflow. Selain itu, biaya operasional harus dikurangi. Salah satu contohnya adalah peningkatan struktur biaya, pengoptimalan sistem otomatisasi, dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional bank. Dengan mengurangi biaya operasi, bank digital dapat lebih bebas menaikkan atau menurunkan suku bunga simpanan sesuai dengan perubahan pasar tanpa menanggung risiko penurunan profitabilitas yang lebih besar.

 

Terakhir, bank digital harus fokus pada inovasi berkelanjutan dalam pelayanan dan jasa mereka. Salah satu contohnya adalah pengembangan bisnis fintech atau platform lainnya yang dapat berfungsi sebagai pengganti sumber pendanaan konvensional. Dengan mengikuti tren pasar dan terus berinovasi, bank digital bisa tetap relevan di tengah persaingan yang lebih ketat dan menghadapi berbagai risiko yang mungkin muncul di masa depan, seperti kenaikan suku bunga. Mereka dapat mengelola risiko dengan lebih baik, menjaga stabilitas finansial, dan tetap bersaing dalam industri perbankan yang terus berkembang.

 

 

Referensi

  1. Statistik Perbankan Indonesia, Januari 2023

https://ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Page s/Statistik-Perbankan-Indonesia---Januari-2023.aspx

  1. Federal Funds Rate History 1990 to 2023https://www.forbes.com/advisor/investing/fed-funds-rate-history/
  2. Economic Uncertainty, Rising Interest Rates Challenge Bankshttps://www.stlouisfed.org/on-the-economy/2023/aug/economic-uncertainty-rising-intere st-rates-challenge-banks

Subject

Opini

Period29 Dec 2023

Media contributions

1

Media contributions

  • TitleSuku Bunga Naik Lagi, Ini Dampaknya Bagi Bank Digital
    Media name/outletKlikwarta
    Country/TerritoryIndonesia
    Date29/12/23
    PersonsDewi Hanggraeni