Description
Berita kematian anak harimau yang dipelihara seorang selebriti membuat banyak pihak geram. Lembaga konservasi internasional, komunitas pencinta satwa, hingga masyarakat pada umumnya turut menuangkan protes di platform media sosial, mengapa begitu mudahnya seseorang bisa memelihara satwa liar, bahkan mengembangbiakkan satwa tersebut?
YOUTUBER itu berdalih bahwa ia adalah seorang penyayang binatang. Pernyataan ini coba ia buktikan dengan konten-konten di media sosial yang menunjukkan kesehariannya memberi makan, bermain, dan merawat satwa-satwa liar tersebut. Akan tetapi, apakah cara ia memelihara satwa tersebut sudah sesuai dengan prinsip konservasi yang sungguh-sungguh berorientasi pada keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan hidup satwa? Ini adalah pertanyaan yang penting untuk direnungkan, sebab terkadang pengertian orang-orang tentang satwa sangat sempit dan dibingkai asumsinya saja tanpa benar-benar memahami satwa liar dan totalitas keberadaan habitatnya.
Sikap antroposentris manusia terhadap lingkungan hidupnya membuat manusia melihat lingkungan itu sebatas apa yang ia butuhkan atau yang ia inginkan semata. Harimau yang dipelihara secara domestik, misalnya, hanya digunakan sebagai objek yang memukau atau sekadar hiburan belaka. Satwa itu diubah dari kehidupan alamiahnya, dan hidup di dalam kurungan. Harimau di hutan belantara selalu bergerak dan melakukan perjalanan yang panjang untuk berburu. Mereka makhluk yang unik, senang bermain, dan sangat teritorial, sehingga mereka akan selalu menandai wilayahnya. Sebagai predator puncak, harimau memiliki peran yang sangat vital dalam ekosistem untuk menjaga stabilitas kehidupan alam liar.
Konservasi perlu diperjuangkan, khususnya sekarang saat diperhadapkan dengan perubahan iklim. Meski demikian, perlu dipertegas definisi konservasi. Dalam hal ini jika menggunakan pemikiran dari peneliti ekologi Aldo Leopold, konservasi tidak dapat dilakukan secara terpilah semata. Konservasi tidak cukup berdasar spesies tertentu ataupun demi kepentingan sumber daya saja. Konservasi perlu dimaknai secara holistik, sehingga harus melihat keterhubungan antarspesies dan keberagaman flora dan fauna. Aldo Leopold mengingatkan dalam tulisannya yang berjudul The Sand County Almanac, bahwa konservasi perlu mempertimbangkan prinsip etis, yakni integritas, stabilitas, dan keindahan ekosistem tersebut.
Apa yang acap kali diabaikan manusia adalah alam memiliki dunia rahasia dipenuhi satwa maupun tanaman, di luar dari apa yang dibentuk, atau bahkan disangka manusia. Satwa liar saat di habitatnya merupakan pengalaman dunia yang semarak. Saya mencermati cerita dari fotografer National Geographic yang bernama Beverly Joubert. Ia mendokumentasikan keseharian induk singa dengan dua ekor anaknya. Betapa mengharukan dan mendebarkan kehidupan keluarga singa itu. Mereka harus bertahan hidup dalam berbagai petualangan di wilayah Delta Okavango di Botswana. Melalui film dokumenter yang ia tangkap, kita diberi cuplikan kehidupan satwa liar tersebut. Saat menyaksikan anak-anak singa yang mungil belajar menyeberang sungai, kita akan terbawa perasaan cemas, berharap mereka dapat menyeberang dengan selamat. Saat salah satunya terpencar dari kelompok, kita pun mengikuti kegusaran ekspresi induk singa yang mencari anak-anaknya. Saat keluarga mereka akhirnya berkumpul kembali, kita pun akan turut merasa lega. Dunia satwa bukanlah milik manusia. Selama ini manusia merasa satu-satunya kegunaan satwa atau hewan adalah untuk kepentingan manusia saja. Padahal, mereka memiliki kepribadian, keinginan untuk hidup, mereka membutuhkan kebebasan untuk berlari dan bermain bersama dengan kelompoknya.
Dunia yang tersembunyi ini tidak saja diisi dengan kehidupan satwa, tetapi juga pohon dan tumbuhan lainnya. Ini yang saya pelajari dari penelitian yang dilakukan Suzanne Simard, seorang peneliti ekologi hutan. Ia mengungkapkan bahwa pohon-pohon adalah kelompok yang saling terhubung menggunakan jejaring mikoriza atau jamur bawah tanah yang menjadi perantara pertukaran nutrisi dan komunikasi di antara mereka. Sistem jejaring ini memungkinkan akar saling terhubung dengan tanaman lainnya. Selama ini manusia menganggap kesanggupan komunikasi adalah ciri khas manusia dengan kompleksitas bahasanya, tetapi pohon-pohon pun terjalin satu dengan yang lainnya, dengan caranya sendiri. Simard mengatakan bahwa pohon adalah makhluk sosial juga. Mereka saling bekerja sama, saling berbagi nutrisi untuk sama-sama bertahan hidup. Simard menjelaskan bahwa pohon yang lebih tua atau pohon ibu berperan utama membantu pohon muda agar dapat tumbuh sehat. Pohon ibu itu menopang seluruh komunitas hutan.
Semaraknya lingkungan hidup, letupan energi yang terus mengalir, menjangkau sungai, samudra, hutan, pegunungan, hingga sabana beserta segala biodiversitas adalah rantai keterpautan satu dengan yang lainnya. Meski manusia tidak selalu sensitif melihat maupun mendengar dinamisnya lingkungan hidup itu, tidak dapat disangkal betapa bergantungnya manusia pada hal-hal yang terkadang tidak mereka sadari. Hidup kita dan berbagai spesies yang berada di bumi ini amat bergantung pada mikroorganisme seperti fitoplankton. Mikroorganisme ini amat penting bagi siklus karbon, melalui proses fotosintesis fitoplankton menyerap karbon dioksida dan menghasilkan sekitar 50 persen oksigen global. Sebagai penutup, konservasi yang urgen dikembangkan pada masa krisis ini adalah konservasi yang melihat ketersambungan dari seluruh spesies, termungil hingga paling besar, di hutan maupun di laut. Segalanya berkelindan erat membentuk kehidupan yang bernilai ini. (*)
SARAS DEWI, Dosen Filsafat Universitas Indonesia
Period | 6 Aug 2023 |
---|
Media contributions
1Media contributions
Title Rahasia Alam Media name/outlet JawaPos Country/Territory Indonesia Date 6/08/23 Persons LG. Saraswati Putri
Keywords
- saras dewi
- alam
- rahasia