Description
Jakarta - Indonesia terpilih sebagai tuan rumah World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan berlangsung di Bali pada 18-25 Mei 2024, dengan tema "Water for Shared Prosperity". Ini bukan hanya prestasi diplomasi, tetapi juga sekaligus sebagai tanggung jawab besar. Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki kepentingan langsung dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan efektif.
Dalam keadaan pascapandemi COVID-19 dan tantangan peningkatan potensi bencana hidrometeorologi, forum ini menawarkan kesempatan unik bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan global untuk merumuskan alternatif solusi inovatif. Penyelenggaraan WWF ke-10 ini melalui tiga tahapan proses: Thematic Process, Regional Process, dan Political Process. Setiap tahap memfasilitasi diskusi mendalam mengenai sub-tema krusial, dari upaya reduksi bencana terkait air, kerja sama, hidro-diplomasi hingga inovasi pembiayaan dan pengetahuan/teknologi.
Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan forum ini akan sangat bergantung pada kesiapan Indonesia dalam menyelenggarakan event skala besar dan kompleks yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari seluruh dunia. National Organizing Committee (NOC) WWF ke-10 yang dipercayakan ke Pemerintah Indonesia mengundang 44 kepala negara/pemerintahan, 4 kepala lembaga international, dan 198 menteri atau setingkat menteri yang mengurus air dari seluruh dunia.
Menunjukkan Komitmen
Sejak perjuangan menjadi tuan rumah di Dakar, Senegal pada Maret 2022 lalu, Indonesia telah menunjukkan komitmennya terhadap isu air global. Ini adalah momentum bagi Indonesia untuk mengevaluasi dan mengekspos kesiapannya dalam menghadapi tantangan bencana hidrometeorologi yang semakin sering terjadi, baik banjir, longsor, maupun kekeringan yang serius.
Lebih dari itu, sebagai negara yang rentan terhadap bencana terkait air, WWF ke-10 harusnya bisa sekaligus menjadi ajang untuk memperkuat ketahanan air nasional yang akan menjadi salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh pemerintahan baru hasil Pilpres 2024.
Dengan populasi dunia yang telah melebihi 8 miliar jiwa, krisis air menjadi isu yang tidak terpisahkan dari ketahanan pangan, energi, dan kesehatan. Indonesia, yang terus menghadapi krisis pangan sebagian akibat rendahnya tingkat ketahanan air, harus memanfaatkan forum ini untuk mendalami dan sekaligus mengeksplorasi berbagai alternatif solusi yang dapat diterapkan baik di tingkat nasional maupun global.
Pertanyaan yang muncul kemudian, seberapa siap Indonesia menghadapi tantangan ini? Keberhasilan penyelenggaraan G20 Summit dan ASEAN Summit sebelumnya dapat menjadi indikator bahwa Indonesia memiliki kemampuan logistik dan diplomasi yang sangat bagus untuk menyelenggarakan acara-acara global.
Namun, WWF ke-10 memiliki spesifikasi yang berbeda, terutama dalam konteks substansi isu yang dibahas dan keterlibatan berbagai pemangku-kepentingan dengan jumlah peserta diperkirakan mencapai 30 ribu yang di antaranya 44 kepala negara atau pemerintahan dan 198 menteri atau setingkat menteri yang mengurus air dan lingkungan atau infrastruktur sumber daya air. Dan, untuk pertama kalinya WWF ini akan juga dihadiri dan melibatkan secara utuh lembaga legislatif dari berbagai negara yang tergabung dalam Inter-Parliamentary Union (IPU) yang juga akan hadir di Bali bulan depan.
Dalam persiapan menyelenggarakan forum ini, Indonesia harus memastikan beberapa hal. Pertama, infrastruktur pendukung, mulai dari venue hingga akomodasi, harus memenuhi standar internasional dan ramah lingkungan. Kedua, kerangka kerja sama antarlembaga pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sipil perlu dan keterlibatan anak-anak muda terutama pelajar dan mahasiswa untuk memastikan kelancaran dan sukses acara. Ketiga, pendekatan multisektor dan inklusif harus ditingkatkan untuk menghasilkan kebijakan dan rencana aksi yang komprehensif dan berkelanjutan.
Lebih jauh lagi, penting bagi Indonesia untuk memperkenalkan inisiatif dan inovasi yang telah dan akan dilakukan di bidang pengelolaan air dan sumber daya air. Ini termasuk pemanfaatan teknologi untuk efisiensi air dalam berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, pertambangan, industri dan pengelolaan daerah aliran sungai, serta strategi adaptasi dan mitigasi terhadap bencana hidrometeorologi.
Terkait dengan strategi penanganan krisis air ke depan di Indonesia sendiri, adalah momentum yang tepat adanya usulan atau wacana untuk pembentukan Kementerian Sumber Daya Air atau Kementerian Air. Ini merupakan suatu gagasan yang patut dipertimbangkan mengingat tingginya potensi krisis air di Indonesia.
Belajar dari negara maju seperti Cina, Jepang, dan Korea, kementerian yang fokus pada pengelolaan sumber daya air akan memperkuat koordinasi kebijakan dan pelaksanaan program terkait air di berbagai sektor untuk tidak saja siap menangani krisis tapi sekaligus untuk memastikan air akan menjadi unsur penting dan sekaligus sebagai katalis untuk mewujud kesejahteraan. Dengan adanya kementerian yang terfokus, diharapkan kebijakan pengelolaan air di Indonesia dapat lebih terintegrasi, efektif, dan responsif terhadap perubahan iklim serta tantangan lingkungan hidup lainnya.
Aksi Konkret
Banyak pihak yang berharap agar WWF ke-10 bukan hanya sekadar forum diskusi, melainkan platform aksi konkret. Oleh karena itu, Indonesia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan dan mendukung inisiatif yang dapat memberikan dampak nyata. Komitmen terhadap tindakan nyata ini harus dibuktikan melalui penyusunan dokumen kebijakan dan rencana aksi yang solid, implementif, berkelanjutan, dan terukur, yang akan menjadi legasi Indonesia dalam forum ini.
Di sisi lain, peran aktif Indonesia dalam WWF ke-10 juga mencerminkan keseriusan negara dalam menangani masalah air di tingkat domestik. Ini adalah kesempatan untuk menggalang dukungan internasional, mendapatkan akses ke teknologi terbaru, dan berbagi praktik terbaik dalam pengelolaan sumber daya air. Tidak hanya itu, forum ini juga menjadi sarana untuk mempromosikan pentingnya diplomasi air dalam menjaga perdamaian dan kerjasama internasional, terutama di kawasan yang rentan konflik sumber daya air.
Kesiapan Indonesia juga ditunjukkan melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam penyelenggaraan forum. Keterlibatan akademisi dan peneliti dari kampus-kampus perguruan tinggi dan lembaga riset, transfer pengetahuan kepada para profesional Indonesia di bidang pengelolaan air dan sanitasi, pengelolaan bencana, dan sektor terkait lainnya, harus terus ditingkatkan. Ini penting agar Indonesia tidak hanya sebagai tuan rumah yang baik, tetapi juga sebagai pemain kunci dalam diskusi global mengenai masa depan pengelolaan sumber daya air di Planet Biru yang selalu dihadapkan pada krisis air.
Forum ini juga harus menjadi ajang untuk memperkuat kerja sama regional, terutama di kawasan Asia Pasifik. Sebagai negara yang memiliki peran sentral di kawasan ini, Indonesia dapat memanfaatkan WWF ke-10 untuk meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar-negara dalam menghadapi tantangan bersama yang terkait dengan air.
Sebagai negara yang akan menghadapi tantangan besar dalam isu krisis dan ketahanan air, pangan, energi, kesehatan, dan dampak serius dari perubahan iklim, Indonesia harus memastikan bahwa WWF ke-10 tidak hanya menghasilkan diskusi yang produktif, tetapi juga keputusan politik yang dapat diimplementasikan dan memiliki dampak jangka panjang. Kesuksesan forum ini akan menjadi salah satu tolok ukur kemampuan Indonesia dalam berkontribusi dan beradaptasi dalam tatanan global yang dinamis dan penuh tantangan.
Keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah WWF ke-10 diharapkan akan menjadi titik balik dalam sejarah pengelolaan sumber daya air global dan membuka babak baru dalam upaya kolektif untuk mencapai kesejahteraan bersama melalui pengelolaan air yang berkelanjutan. Keseriusan dan kesiapan Indonesia dalam menghadapi forum ini tidak hanya akan memperkuat posisi kita di kancah internasional, tetapi juga akan menyumbang secara signifikan terhadap kemajuan pengelolaan sumber daya air untuk generasi saat ini dan yang akan datang.
Dalam konteks yang lebih luas, WWF ke-10 menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menegaskan kembali komitmennya terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - SDGs), terutama Tujuan 6 yang berfokus pada air bersih dan sanitasi untuk semua. Forum ini harus menjadi medium yang mendorong implementasi SDGs secara lebih efektif dan efisien, mengingat pentingnya sumber daya air dalam hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan.
Selain itu, keberlanjutan harus menjadi prinsip utama dalam penyelenggaraan WWF ke-10. Ini berarti bahwa Indonesia harus mengedepankan praktik ramah lingkungan dalam setiap aspek penyelenggaraan forum, dari penggunaan energi terbarukan, pengurangan limbah, hingga promosi transportasi umum yang rendah jejak karbon dan penggunaan bahan yang dapat didaur ulang. Dengan cara ini, Indonesia tidak hanya berbicara tentang keberlanjutan, tetapi juga menunjukkan secara nyata melalui aksi yang dilakukan.
Kerja Sama Internasional
Menghadapi kenyataan bahwa Indonesia adalah negara yang sering mengalami bencana alam, termasuk bencana yang terkait dengan air, WWF ke-10 harus menjadi sarana untuk memperkuat sistem peringatan dini dan manajemen risiko bencana. Kerja sama internasional dalam hal ini sangat penting, dan Indonesia dapat memanfaatkan forum ini untuk belajar dari pengalaman negara lain serta membagikan inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan di tingkat nasional dan daerah yang memanfaatkan kearifan lokal yang bersumber dari sosial budaya luhur.
Pada akhirnya, suksesnya WWF ke-10 tidak hanya diukur dari kelancaran acara, tetapi lebih pada hasil konkret yang dicapai dan komitmen jangka panjang yang dibangun. Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan harus dapat dijalankan dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas internasional. Indonesia harus siap untuk mengambil peran aktif dalam mengimplementasikan dan memantau kemajuan dari kesepakatan tersebut.
Dalam lanskap global yang terus berubah, perubahan iklim dan tantangan terkait sumber daya air akan terus menjadi isu kritis yang memerlukan respons global. Sebagai tuan rumah WWF ke-10, Indonesia memiliki kesempatan unik untuk memimpin perubahan tersebut dan menunjukkan bahwa kita tidak hanya siap menghadapi tantangan ini, tetapi juga proaktif dalam mencari solusi yang akan membawa kesejahteraan bersama.
Firdaus Ali pendiri & Pimpinan Indonesia Water Institute, Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat Bidang Manajemen Sumber Daya Air, Wakil Presiden Dewan Air Asia, dosen Teknik Lingkungan FT UI
(mmu/mmu)
Baca artikel detiknews, "Menjadi Tuan Rumah World Water Forum 2024: Menuju Aksi Konkret" selengkapnya https://news.detik.com/kolom/d-7300539/menjadi-tuan-rumah-world-water-forum-2024-menuju-aksi-konkret.
Subject
Kolom
Period | 19 Apr 2024 |
---|
Media contributions
1Media contributions
Title Menjadi Tuan Rumah World Water Forum 2024: Menuju Aksi Konkret Media name/outlet detik News Country/Territory Indonesia Date 19/04/24 Persons Firdaus Ali
Keywords
- world water forum 2024
- the 10th world water forum 2024