Memahami Kebhinekaan Indonesia itu Perlu Desain

Press/Media

Description

Perspektif psikologi agak jarang dijadikan sarana untuk berkontribusi terhadap isu multikulturalisme. Padahal multikulturalisme diawali dari bagaimana individu melihat, merasakan, memahami, dan akhirnya bertindak terhadap keberagaman sosial yang ada. Secara khusus di Indonesia, tiap orang akan selalu beradaptasi dengan orang lain. Dimulai dari harus mengenali, memahami, dan menganalisis teman barunya.

Keberadaan Indonesia sebagai bangsa yang bhinneka (multikultural) sering dianggap sebagai hal yang tidak menguntungkan. Keadaan ini dilatari keberadaan lebih dari 1.000 etnis, beberapa agama, dan tentunya keberagaman kebudayaan yang hidup secara bersamaan. Contoh kegagalam kehidupan multikuluralisme dapat dilihat dari runtuhnya Uni Soviet dan Yugoslavia. Di banyak negara, keberagaman adalah hal dasar terjadinya konflik yang pada akhirnya memisahkan bangsa, yang terakhir ini adalah Sudan dan Sudan Selatan.

Multikulturalisme sendiri menekankan pada kemampuan diri menilai perbedaan antarkelompok budaya, menyadari keragaman sosial budaya dan upaya kontribusi terhadap masyarakat. Bagi masyarakat Indonesia, pengalaman hidup dengan orang berlatar berbeda-beda dapat dirasakan sejak usia dini. Sebagai contoh, kedua orang tua kita belum tentu memiliki latar belakang kebudayaan yang sama. Setelah masuk masa pengenalan pendidikan di luar rumah, misalnya PAUD, anak akan bertemu dengan anak lain yang berbeda latar belakang. Di Indonesia potensi bertemu orang berlatar belakang berbeda jauh lebih mungkin daripada bertemu dengan latar belakang yang sama. Catatan sejarah menunjukkan sejak abad ke-19 di Karangasem terjadi interaksi sosial antaretnis (Bali, Sasak, Bugis, dan Jawa). Interaksi sosial bahkan menyebabkan terjadinya akulturasi dalam beberapa unsur kebudayaan, seperti dalam bahasa, dan seni budaya.

 

Berkenalan menjadi Modal Sosial: Interaksi Sosial

Pengetahuan dari hasil interaksi yang kemudian menjadi adaptasi ini menjadi modal sosial. Untuk kondisi Indonesia, berkenalan terus-menerus dengan orang lain akan membuat diri kompeten secara sosial. Individu yang dapat menerima keberadaan orang lain dan siap menerimanya sebagai bagian dari sosialnya akan mendapat keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang didapat adalah peningkatan pengetahuan budaya, berkurangnya bias dalam kelompok, dan mengurangi kecemasan antarkelompok, yang pada akhirnya individu atau kelompok menghargai perbedaan dan toleeransi antarkelompok meningkat. Individu akan menerima orang lain setara dan berupaya agar dapat hidup yang harmonis.

Beberapa penulis mencoba jelaskan tentang kontak individu dengan individu lainnya yang berbeda sosial budaya berpotensi membangun kemampuan sikap multikulturalisme yang baik. Kontak sosial yang alami dan dijalankan dapat membuka wawasan pada individu, yang kemudian menganggap keberagaman sosial itu adalah satu hal yang menyenangkan bahkan menguntungkan.

 

Faktor Lain

Faktor lain yang memungkin penumbuhan multikulturalisme adalah pendidikan. Salah satu temuan dan argumentasi mengenai pendidikan adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin individu terbuka dan memiliki pandangan yang lebih luas tentang keberadaan kelompok lain. Di sekolah, anak atau siswa berhadapan dengan anak lain yang berbeda latar budaya. Mereka saling berkenalan dan bermain secara alami. Keadaan alami ini tanpa disadari anak, membuatnya bertambah informasi, meluaskan pandangan tentang perbedaan dan persamaan, yang pada akhirnya mendobrak keterbatasan pikir anak.

Proses pendidikan juga tidak hanya melakukan transfer pengetahuan sepihak, dari guru ke murid atau dosen ke mahasiswa. Salah satu bentuk cara belajar di ranah pendidikan adalah collaborative learning. Cara belajar ini membuat peserta didik untuk bekerja dalam satu kelompok yang mengasah keterampilan saling mendengar, mampu kompromi, negosiasi, kemampuan interpersonal, dan terbuka tehadap keberagaman individu. Hasil dari cara belajar ini juga berpeluang untuk mengasah peserta didik untuk lebih dapat menerima dan mentolerir perbedaan. Hal ini diperkuat dengan temuan selanjutnya bahwa individu yang terpapar kebudayaan lain memengaruhi pandangan dan pengetahuan terhadap kelompok budaya lain dan mengurangi stereotip terhadap kelompok lain.

Pemahaman diri sebagai produk multikuturalisme juga tidak ketinggalan dalam membentuk sikap multikulturalisme. Di Indonesia, artis-artis idola muncul tanpa membedakan latar budayanya. Salah satunya adalah Agnez Mo. Agnez dengan gamblang menceritakan dirinya dan bagaimana keartisannya berkembang baik dengan kondisi dirinya yang “berbeda”. Ia bangga dan menyanjung kondisi multikulturalisme di Indonesia yang dikenal sebagai bhinneka tunggal ika. Keuntungan lain hidup di Indonesia, adalah dimungkinkannya diri mempunyai banyak identitas sosial. Salah satu keuntungannya membuat Agnez tidak terjebak pada satu identitas, ia menerima dan mengadaptasi banyak identitas sehingga pergerakannya leluasa, masyarakat menerimanya, dan pada akhirnya karirnya juga cemerlang.

 

Penutup

Artikel ini hendak menegaskan kondisi nyata masyarakat Indonesia dan bagaimana kita menghadapinya. Sering kita menganggap sikap multikultiralisme itu seakan terberi begitu saja, tanpa ada upaya eksternal. Namun pada kenyataannya tanpa pengenalan dan pembukaan wawasan, serta keberanian untuk berinteraksi, sikap multikulturalisme belum tentu terbentuk. Perlu ada faktor lain yang bersifat eksternal yang dapat membantu membentuk dan mengembangkan sikap multikulturalisme.

Tulisan ini mengandung ide intervensi sikap multikulturalisme melalui perbanyakan ruang jumpa antarindividu dan antarkelompok khususnya melalui institusi pendidikan. Pembangunan kemampuan diri siap menerima multikulturalisme juga perlu diinisiasi. Walau keberagaman sosial sudah terberi bagi kita, masih cukup panjang dan perlu kajian lebih lanjut tentang Indonesia, khususnya isu sikap multikulturalisme.

Period5 Feb 2024

Media contributions

1

Media contributions

  • TitleMemahami Kebhinekaan Indonesia itu Perlu Desain
    Media name/outletPsyence.id
    Country/TerritoryIndonesia
    Date5/02/24
    PersonsEko Aditiya Meinarno

Keywords

  • Opini
  • Psikologi Sosial
  • Tinjauan Teori