Description
Dalam periode 4 kuartal terakhir, Bank Jago merilis angka Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang selalu melebihi 461%. Nilai LCR Bank Jago berturut-turut per kuartal dari September 2022 hingga Juni 2023 yaitu 965%, 873%, 688% dan 461%.
Angka tersebut dapat dilihat sebagai bukti dari ketahanan keuangan Bank Jago yang kuat. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran terhadap potensi risiko likuiditas yang mungkin tersembunyi. Apakah langkah yang dilakukan Bank Jago sudah tepat atau sebaliknya?
Bank Jago dan LCR ≥ 461%: Apa Artinya?
Secara sederhana LCR atau Liquidity Coverage Ratio adalah metrik keuangan yang mengukur kemampuan untuk mempertahankan tingkat kecukupan aset likuid berkualitas tinggi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
LCR merupakan hasil pembagian antara High Quality Liquid Asset (HQLA) dengan arus kas bersih. Sehingga nilai LCR yang tinggi dapat disebabkan oleh nilai HQLA yang terlalu tinggi atau arus kas bersih yang terlampau rendah.
Per Juni 2023 Bank Jago memiliki HQLA sebesar Rp. 2,95T dengan penempatan pada surat pemerintah dan BI dengan masing-masing sebesar Rp. 2.95T dan 575M dengan arus kas bersih 638M. HQLA menjadi penyumbang terbesar nilai LCR Bank Jago berada pada 461,39%.
Aturan tentang nilai minimum LCR sudah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK No. 42 /POJK.03/2015 pasal 2 ayat 4 berbunyi “Pemenuhan LCR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling rendah sebesar 100% (seratus persen)”. Namun, aturan OJK ini tidak mengatur berapa nilai maksimal yang boleh dimiliki oleh suatu bank.
Rata-rata LCR bank-bank di Indonesia berkisar antara 100%-200%. Dengan Bank Jago mencatatkan angka LCR per Juni 2023 yaitu sekitar 461%, ini berarti memiliki aset likuid 4,61 kali lipat dari kewajiban jangka pendeknya.
Dampak LCR tinggi
LCR pada Bank Jago seharusnya menjadi pertanda bahwa bank tersebut memiliki kemampuan untuk menghadapi krisis likuiditas. Namun, angka yang terlalu tinggi mungkin menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam alokasi aset.
Kondisi ini didukung oleh temuan King (2013) bahwa peningkatan rasio likuiditas memiliki berdampak negatif terhadap kinerja bank dan temuan Bordeleau dan Graham (2010) yang mengamati bahwa peningkatan profitabilitas bank karena likuiditas yang lebih tinggi bukanlah fenomena yang abadi.
Pada titik tertentu, memegang lebih banyak aset yang sangat likuid akan mengurangi keuntungan bank karena biaya peluang untuk memegang unit tambahan aset likuid lebih besar daripada manfaatnya risiko gagal bayar yang lebih rendah.
LCR yang tinggi dapat memberikan sejumlah dampak negatif bagi bank seperti potensi berkurangnya profitabilitas, berkurangnya pinjaman, dan meningkatnya biaya pinjaman.
Berkurangnya profitabilitas bank disebabkan terjadinya opportunity cost yaitu menyimpan aset likuid yang sangat besar namun membatasi kemampuan perusahaan untuk membuat aset yang dimiliki menjadi produktif sehingga aset tersebut menjadi aset yang tidak produktif.
Kemudian, berkurangnya pinjaman bisa dikarenakan kehati-hatian yang berlebihan dalam manajemen risiko likuiditas untuk mempertahan stok aset likuid sehingga sulit member pinjaman.
Selanjutnya, peningkatan biaya pinjaman yaitu bank dengan LCR yang tinggi mungkin perlu meminjam lebih banyak dari bank lain atau bank sentral untuk memenuhi kebutuhan likuiditas Bank Jago. Hal ini dapat menyebabkan biaya pinjaman yang lebih tinggi, yang selanjutnya dapat mengurangi profitabilitas.
Saran
Bank Jago perlu mengevaluasi strategi manajemen risiko likuiditas. Meskipun memiliki LCR yang tinggi adalah indikasi yang baik dan juga mengalami penurunan nilai LCR selama 4 kuartal hingga Juni 2023, perlu dipastikan bahwa alokasi aset likuid seimbang dan sesuai dengan kebutuhan sebenarnya. Ini mencakup memahami profil risiko yang terkait dengan investasi dalam instrumen likuid.
Berikut saran yang bisa dipertimbangkan oleh Bank Jago:
- Bank Jago melakukan diversifikasi aset likuid yang sekarang berada di surat pemerintah dan BI ke dalam instrumen investasi lain yang mungkin menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi atau melakukan diversifikasi aset likuid dari sisi arus kas bersih.
Hal ini sejalan dengan nilai Loan-to-Deposit Ratio (LDR) yang mengalami penurunan dari 145,86% menjadi 113,76% pada laporan tahunan 2022. Namun harus diingat bahwa diversifikasi juga akan meningkatkan risiko investasi, jadi bank harus mempertimbangkan secara keseluruhan.
- Bank Jago melakukan analisis risiko kontinu dalam penyaluran kredit dengan dilakukan secara prudent dan penuh kehati-hatian. Hal ini dapat terlihat pada laporan tahunan yang menunjukkan Non-Performing Loan (NPL) Bank Jago yang meningkat 1,24% dari tahun sebelumnya.
- Melakukan stress testing secara berkala dan terus melakukan pemantauan terhadap Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terutama pada kondisi ekonomi saat ini yang tidak menentu.
- Bank Jago melakukan komunikasi terbuka dengan pemangku kepentingan untuk menjelaskan strategi likuiditas Bank Jago sesuai dengan risk appetite manajemen dan menenangkan kekhawatiran tentang potensi risiko yang mungkin ada.
Sebagai salah satu pelopor di industri perbankan digital, langkah Bank Jago selalu berada di bawah sorotan. Menggunakan LCR yang tinggi sebagai kekuatan, bukan sebagai kelemahan, akan menjadi kunci kesuksesan di masa depan.***
Reference:
Bordeleau, Étienne, and Christopher Graham. 2010. The Impact of Liquidity on Bank Profitability. Bank of Canada Working Paper No. 2010-38. Available online: https://www.bankofcanada.ca/wp-content/uploads/2010/12/wp10-38.pdf (accessed on 11 February 2022
King, Michael R. 2013. The Basel III net stable funding ratio and bank net interest margins. Journal of Banking & Finance 37: 4144–56
LCR quarter 2 2023 & quarter 4 2022 Report. Retrieved from https://www.jago.com/id/transparency/hubungan-investor/laporan-lcr-nsfr/9
Oleh:
Anugrah Kesuma, Teddy Maulana Putra, MM FEB Universitas Indonesia
Dewi Hanggraeni, MM FEB Universitas Indonesia,FEB Universitas Pertamina
Period | 26 Oct 2023 |
---|
Media contributions
1Media contributions
Title LCR Bank Jago Melambung! Lebih dari 461 Persen, Langkah Cemerlang atau Malapetaka Keuangan? Media name/outlet merdekanews.co Country/Territory Indonesia Date 26/10/23 Persons Dewi Hanggraeni