Kekerasan dan diskriminasi tidak kunjung usai membayangi keberadaan komunitas yang menampilkan keanekaragaman ekspresi jender. Seolah-olah mereka selalu berdiri dalam penghakiman publik, diinterogasi, dicerca, dan dipertanyakan: apakah identitas jendernya lelaki atau perempuan?
Kejadian yang dilalui seorang mahasiswa di Makassar yang menyatakan dirinya nonbiner memantik berbagai tanggapan di masyarakat. Sebagian mengutuk, namun ada pula yang menunjukkan dukungan. Saya mengingat kembali keunikan keragaman jender dalam masyarakat Bugis beserta dengan filosofi ataupun tradisi yang melekat dalam lima ragam jender tersebut. Sosok bissu dipandang sebagai orang terpilih yang disucikan oleh para penghayatnya. Ciri metajender merupakan salah satu keistimewaan seorang bissu, seiringan dengan itu mereka pun diyakini memiliki kekuatan gaib untuk menjadi penghubung dengan alam roh.
***
Selengkapnya dapat diakses melalui https://www.kompas.id/baca/opini/2022/08/26/ardanariswari